Di pagi hari ini, Arzhanka memiliki alasan logis yang membuat senyuman terpatri di wajahnya. Apalagi jika bukan ketika membuka mata, gadisnya yang dia lihat pertama kali. Hari ini, berbeda seperti kemarin.
Kemarin dia hanya bisa sedih karena menahan kerinduan. Tapi di pagi ini, melihat Atha yang asyik memakan nasi goreng yang dibelinya tadi malam sambil sesekali menengok ke sebelah kiri, melihat ke pemandangan dibalik kaca jendela besar, merupakan hal bahagia, versinya.
Ketika Athaya menengok ke sebelah kanan, ke arah ranjang dimana Arzha masih berada di sana serta tatapan mata mereka bertemu, mereka saling melempar senyum. Arzha mengucek kedua matanya, perlahan duduk, meregangkan ototnya yang terasa kaku. "Bangun jam berapa?" tanya Arzha dengan suara serak.
Atha menelan dulu kunyahan nasi gorengnya, baru menjawab. "Sekitaran, satu jam lalu, mungkin," jawabnya sambil mengangkat sebelah bahu. "Kamu mau sarapan? Kebetulan aku tadi malem nasi gorengnya beli dua..." Gadis itu sekarang sedikit meringis. "Yang pasti udah dingin, itu juga kalau kamu mau..."
Arzha tersenyum. Laki-laki itu berjalan ke kamar mandi untuk gosok gigi, tidak lupa mencuci wajah. Setelah ritual itu selesai, Arzha bergabung dengan Atha untuk sarapan. Nasi goreng milik Atha sudah ada setengah lagi di atas kertas nasi.
Setelah selesai mengunyah, Athaya membuka bungkus kertas nasi. Arzha yang melihat pergerakan Atha membuka kertas nasi untuknya makan, tersenyum.
"Zha, tapi gak ada piring dan makannya pake sendok plastik, gapapa?"
Gadis itu menyodorkan bungkus nasi yang barusan dibukanya, tidak lupa memberikan sendok plastik juga. Atha meringis. Atha jadi tidak enak pada Arzha, karena tentu laki-laki itu biasa makan, layak.
Menggeleng, sebelah tangan Arzha terulur, untuk mengacak rambut Atha. "Aku gak akan masuk rumah sakit setelah makan nasi goreng dingin tanpa piring, terus makannya cuma sama sendok plastik, tenang aja."
Setelahnya, Arzhanka benar-benar memakannya. Atha diam-diam melihat Arzha makan dan mengunyah nasi goreng yang sudah dingin. Masih khawatir.
Tapi saat melihat laki-laki itu menelannya dan kembali suapan baru dan ia tidak memberikan reaksi merugikan seperti mual, pusing atau mules, barulah Atha bisa mendesah lega. Baiklah, Arzha bisa memegang ucapannya.
"Ngomong-ngomong, kenapa bisa beli dua?" tanyanya Arzha, di sela-sela ia mengunyah nasi gorengnya. "Tau aku bakalan dateng, ya?"
Mendengarnya, berhasil membuat Atha mengangkat sebelah alis. "Gak..."
"Terus?" Di dalam diri Arzha, sifat narsis tiba-tiba muncul ke permukaan di waktu pagi yang cerah hari ini. "Apa namanya kalau kamu tau?"
"Sengaja, takutnya ngerasa kurang atau buat sarapan," jawab Athaya polos tanpa menyadari jika Arzha kini tercenung.
Sendok di tangan kanannya dia taruh di atas kertas nasi. "Berarti, aku udah makanin nasi goreng jatah kamu, Tha?" Buru-buru Arzha menyeka sudut bibirnya yang berminyak. "Kenapa gak bilang dari tadi?"
Masih mengunyah, dahi Atha mengerut. "Jatah apaan?" Seakan teringat, ia menepuk dahinya pelan. "Kan tadinya, Arzha. Lagipula, satu bungkus itu banyak. Kamu sendiri liat kan, tadi nasinya banyak? Aku mana habis."
"Terus..."
"Intinya kamu sekarang makan. Nasi goreng itu buat kamu, oke. Titik."
Tetap saja Arzha masih merasa bersalah. Tahu kalau isterinya tak mau lagi membahas mengenai ini dan Arzha juga tidak mau mood Atha jadi mendung, dia kembali menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya. Arzha akui, meski dingin, nasi goreng ini tetap masih enak untuk dimakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomanceCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...