Pt. 68

12.4K 676 88
                                    













Berkali-kali Athaya tidak bisa menyembunyikan senyuman bahagianya. Di hari ini, adalah hari yang sangat amat ditunggunya. Ketika dirinya telah dikatakan sembuh total oleh dokter dan bisa dinyatakan pulang, bagaimana dia tak senang?

Terlebih infusnya juga baru saja dilepas oleh perawat. Athaya kembali lagi bisa merasakan gerak bebas, tanpa takut jarum infus makin melukainya. Ia sedikit bosan saat sadar gerakannya terbatas karena infus.

Arzha yang tengah membereskan bajunya dan baju Athaya, tersenyum. Ia tahu benar jika isterinya itu senang. Terpancar aura positif juga kebahagiaan Atha, yang bisa dirasakannya. Ya, Arzha juga senang isterinya itu bisa pulang dan Atha benar-benar sudah dinyatakan sembuh total.

Mereka tidak akan pulang ke mansion. Berhubung papa dan mama sedang ada urusan akademik, Arzha memilih pulang ke rumah mertuanya dulu. Atha juga setuju dengan usulnya mengingat mereka sudah lama tak mampir.

Meski sebenarnya Arzha mempunyai alasan lain lagi.

Usul menginap semalam yang diusulkan Atha sebelumnya disetujui Arzha karena kata laki-laki itu, dia rindu bertanding PS dengan papa.

Melihat Atha yang tengah tersenyum cerah, seraya memandang langit biru dari balik jendela, membuat Arzha berdecak pelan. "Yang seneng udah pulang..."

Atha terkekeh pelan. Atensinya beralih menjadi melihat Arzha yang masih membereskan baju mereka, memasukkannya ke dalam koper. "Ada orang di dunia ini, yang gak seneng kalau dia sembuh, Zha?"

Arzha mengangkat sebelah bahunya. "Aku gak tau, tapi pasti ada aja."

"Mungkin," sahut Atha singkat seraya geleng-geleng kepala.

Setelah selesai packing, Arzha langsung meresleting koper yang dalamnya memuat pakaian mereka berdua. Laki-laki itu menepuk kedua tangannya, juga dia melakukan peregangan karena selama packing terus berjongkok. "Gak peduli juga sama mereka. Hal yang bikin aku seneng, kamu sembuh dan udah bisa senyum."

Mau tak mau tanpa sadar gadis itu kembali tersenyum. Arzha yang melihat senyuman manis isterinya, entah kenapa merasa gemas.

Tadinya, Arzha hendak berjalan mendekat ke Athaya untuk mencubiti pipi tirus isterinya itu. Namun niatnya terurung karena tiba-tiba pintu ruang rawat inap Atha terbuka, menampilkan presensi ayah dan bunda yang sudah lama tak mereka lihat. Ada mertua Atha, orangtuanya Arzha yang datang.

Senyuman Arzha perlahan luntur. Atha sendiri saat menghadiri kehadiran kedua mertuanya, hanya bisa tersenyum kikuk.

Bagaimana Atha tidak merasa canggung jika ia dan Arzha terakhir melihat ayah dan bunda itu saat acara pernikahan mereka waktu itu? Terlebih mereka juga jarang melakukan komunikasi. Video call dan telepon pun tidak bisa dihitung jari satu sampai sepuluh. Kurang dari sepuluh kali bahkan, mereka berkomunikasi dari kurun waktu setelah mereka menikah sampai bertemu lagi sekarang.

"Ayah, bunda..." sapa Atha karena sadar suaminya itu masih diam, merasa membeku. "Ayo yah, bun, masuk ke dalam."

Barulah Arzha mengerjapkan matanya karena tadi Atha berhasil membawa dia ke realita karena menyapa orangtuanya. Arzha sedikit membungkuk pada dua orangtuanya yang kini hanya tersenyum tipis padanya.

Bunda menghampiri Atha dan melakukan cium pipi kanan-kiri ke menantu satu-satunya itu. "Tha, maaf ayah dan bunda baru bisa jenguk kamu sekarang."

Dengan kaku, Atha memaksakan senyum dan menggeleng. Dia harus bisa, sebiasa mungkin. "Nggak apa-apa, bun. Nggak apa-apa..."

Ayah melihat di dekat kaki anaknya itu sudah ada koper yang ter-packing. Lalu atensi Arzeynan beralih pada tangan Atha yang sudah tidak diinfus. "Athaya, kamu udah mau pulang? Berapa hari dirawat?"

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang