Pt. 59

10.9K 625 90
                                    






Pemakaman Alexander Rifai berjalan dengan lancar dan khidmat. Banyak dari mereka yang tidak menyangka, merasa kehilangan yang entah ini sungguhan atau memang jaga image saja, dan turut sedih dan ini juga sama, entah manipulasi atau kenyataan. Banyak media yang meliput acara pemakaman hari ini. Blitz dari kamera banyak sekali yang menyorot.

Alexander Rifai setelah diotopsi, dinyatakan mati akibat penyakit kanker darah yang dideritanya dan di tubuhnya terdapat racun. Tentu saja berita ini cepat sekali menyebar. Di dekatnya, Atha bisa mendengar para kolega bisnis Alexander yang tengah berbisik-bisik membicarakan kematiannya. Dalam hati Athaya hanya bisa berusaha sabar pasalnya, mereka bahkan saat ini masih berada di makam.

Atha bisa melihat mertuanya yang tengah menangis tersedu-sedu. Tak jauh dari mertuanya, ada orangtua Alvin dan Alden yang juga sama, tampak menangis. Athaya dalam hati merasa, entah kenapa mereka seperti tak sungguhan menangis. Semacam untuk jaga image mengingat ayah mereka yang meninggal.

Al, Alden juga Alvin hanya menundukkan kepala. Atha sendiri tidak tahu apa yang ada di dalam benak mereka. Kalau Dyra hanya diam saja seraya menatap makam Alexander, Stefie malah tampak ketakutan. Entah kenapa semenjak kakek tiada, Atha sering kali melihat tunangannya Alvin itu ketakutan.

Gadis itu mendesah pelan. Ia tidak suka berada di situasi ini. Berada pada situasi kepura-puraan terlebih ketika Arzha tidak berada di sampingnya agar Atha bisa menghadapi ini. Kini semuanya terasa remang-remang dan hampa.

Dia sama sekali tak tuli. Banyak sekali orang-orang yang berbisik, mereka bertanya-tanya mengenai di mana presensi suaminya. Membicarakan suaminya itu hal-hal negatif, dalam hatinya Atha tentu tidak terima. Ia hanya bisa memejamkan mata berusaha untuk sabar dan kuat karena ini.

Ketika keluarga Rifai berjalan meninggalkan pemakaman, sudah jelas jadi incaran beberapa awak media, termasuk Athaya di dalamnya. Diawasi dengan dua penjaga keamanan dari Rifai, Athaya bisa mendengar dari mereka yang bertanya...

"Nona Atha, di mana suami anda ketika kakeknya dikubur?"

"Atha bisa menjawab pertanyaan saya kenapa Arzha tidak ada di sini?"

"Atha bisa tolong beri klarifikasi mengenai berita yang mengatakan kalau kematian Alexander adalah karena ulah Arzha?"

"Apa yang sebenarnya terjadi di dalam keluarga Rifai?"

"Apa berita jika Arzha membunuh Alexander itu benar?"

Setelah berhasil masuk ke dalam mobil, bersamaan itu pula air mata gadis itu jatuh meluruh membasahi pipi. Atha sudah tidak bisa lagi menahan kesedihan, juga tangis yang sedari tadi dia tahan ketika masih berada di atas tanah makam.

Mendengar suaminya dikatakan pembunuh, padahal bukan itu faktanya.

Juga sedih karena merindukan suaminya. Sudah tiga hari Arzha tak pulang dan Athaya tahu dari Alden, kalau suaminya itu dinyatakan sebagai tersangka atas kasus kematian Alexander Rifai. Arzha tidak punya bukti yang menyatakan kalau dirinya sama sekali tak bersalah. Keputusan dipenjara atau tidaknya Arzha, nanti akan diputuskan di dalam sidang. Lagi-lagi Atha menangis mengingat itu.

Jujur dia merasa agak frustasi. Saking tidak terimanya, ingin sekali Athaya meminta kakek untuk hidup kembali dan mengatakan yang sebenarnya.

Atha lelah dengan drama dalam keluarga ini.

***

"Kasus kematian Alexander Rifai, pemilik sekaligus pemimpin utama dari Rifai Group, tentunya membuat publik terkejut. Banyak sekali, orang-orang yang tak menyangka dengan kematiannya. Dikatakan, bahwa beliau, meninggal karena sakit kanker darah yang dideritanya belum cukup lama. Namun, kabar yang lebih membuat masyarakat terkejut adalah, selain kanker, Alexander juga..."

Bad Life (After) Marriage [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang