"Selamat, nyonya Atha dinyatakan hamil."
Setelah Atha tidak lagi muntah-muntah, Arzha langsung membawa Athaya ke rumah sakit yang merupakan salah satu cabang rumah sakit milik Rifai. Dia tak peduli bagaimana urusan kantornya yang pasti tertunda. Yang terpenting, saat ini, dia dan Atha bisa sama-sama memastikan sesuatu.
Kalau memang bukan, berarti Athaya sakit dan membutuhkan perawatan.
Tapi jika memang dugaan mereka menjadi nyata...
Dokter kandungan Rifai yang tadi memeriksa Atha, mati-matian menahan tawanya karena suami pasiennya, atasannya, kini memasang wajah blank ketika ia baru saja memberi tahu hasil tes urin Atha tadi. Atasan mudanya ini, sangat lucu.
Ibu dokter itu juga paham pasti Arzha sangat terkejut, tidak menyangka.
Karena di sebelahnya Arzha tidak memberi respon, Athaya menepuk pelan paha Arzha. Menyadarkan suaminya. "Zha..."
Sekejap Arzha mengerjapkan mata juga berdeham. Ia mengusap wajahnya yang pasti tadi tidak enak dilihat. "Dokter, serius?" tanyanya gamang. Dalam hati, Arzha berharap ini bukan mimpi atau bagian dari khayalannya.
Terkekeh pelan, dokter itu memberikan testpack yang tadi digunakannya, untuk mengecek urin Atha. "Benar, pak. Jika tadi bu Atha bilang sudah telat haid tiga minggu, dihitung dari tanggal terakhir haidnya, usia kandungannya sudah ada di minggu ke-delapan. Sekali lagi, selamat pak, bu..."
Arzha menerima testpack itu, seakan benda pengecek kehamilan itu adalah sebuah emas. Siapapun yang melihatnya tahu, jika mata laki-laki itu kini berkaca-kaca lantaran terharu. Ah, rasanya Arzha ingin menangis melihat dua garis berada di sana. Di usianya yang menjelang duapuluh satu, serius dia akan menjadi ayah?
Dari samping, Atha melihat Arzha, secara detail. Ekspresinya, gesturnya... Atha senang akan berita bahagia ini. Senang juga Arzha ada di sampingnya.
"Baik, karena bu Athaya dinyatakan positif hamil, gak ada salahnya untuk melakukan USG supaya tau bagaimana si kecil di dalam sana..."
Mendengarnya, Arzha berdegup. USG...
Dokter Lia, yang usianya pasti sebaya dengan mama, bangkit berdiri serta meminta perawat untuk menyiapkan USG. Setelah semuanya siap, Dokter Lia kini meminta Atha untuk rebahan, meminta izin Atha untuk menyingkap baju yang dia kenakan untuk diolesi gel yang kini terasa dingin di perutnya.
Melihat itu, jantung Arzha kian berdegup. Meski masih di dalam USG, dia merasa seperti benar-benar akan melihat anaknya. Arzha merasa terharu.
Monitor di USG menampilkan rahim Atha. Arzha merasa waktu berhenti, saat di dalam sana ternyata ada sesuatu. Ada anaknya di sana.
Atha sendiri tidak bisa untuk tidak menangis saat melihat itu. Dia terharu. Kali ini dia sungguh hamil, dia dan Arzha akan segera memiliki anak. Sebenarnya dari dokter yang baru saja menunjukkan testpack, Atha ingin menangis.
Tapi saat ia dan Arzha melihat anak mereka di USG...
"Seperti asumsi saya, anak bapak dan ibu kembar," ujar Dokter Lia sangat sumringah. Dia menunjuk seperti dua lubang, yang ada di dalam USG. "Ini... dan ini. Apa bapak sama ibu bisa lihat? Mereka baru delapan minggu."
Arzha membekap mulutnya tidak menyangka. Diam-diam Arzha menyeka sudut matanya, agar Dokter Lia tidak melihatnya yang menangis. Oh dan bahkan, bahkan ternyata anaknya kembar. Arzha speechles, sungguh. Sedikit tidak pernah menduga kalau dia akan memiliki anak kembar.
Seperti Arzha, Atha pun demikian. Pasalnya, keturunan kembarnya pun itu tidak turunan secara langsung. Di keluarga besarnya, tidak ada keturunan kembar. Keturunan kembar itu ada karena bunda, memiliki sepasang adik kembar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (After) Marriage [END]
RomanceCERITA SUDAH SELESAI #4 in Romance (30/01/20) #16 in Perjodohan (28/01/20) #26 in sma (11/01/19) #2 in luka, perasaan and tragedi (19/03/19) #9 in youngadult (02/08/19) #3in action (04/02/20) [RIFAI SERIES - I] (17+) Never let you go... Athaya mau t...