Kau tidak membunuhku. Jika nanti aku terbunuh, itu karena kesalahanku. Mengapa aku memendammu, meski tahu kau telah dimiliki oleh dia.
Meski sakit, aku selalu mendengar ceritamu. Pura-pura tersenyum ketika kau menceritakannya padaku.
Mungkin hujan juga seperti itu, pura-pura bahagia padahal ketika dia jatuh dari langit dia merasakan sakit. Namun, tak pernah berhenti jatuh, selalu saja di ulangi seolah jatuh dari langit itu menyenangkan.
Kadang, aku tak pernah mengerti dengan kehadiranmu. Perihal kau yang membawa luka dan bahagia. Aku seharusnya tahu, bahwa kau hanyalah luka untukku. Dan bahagia darimu tak pernah lebih dari seorang teman. Lalu kenapa aku menggumpalkan perasaan ini kepadamu. Seolah kau adalah bahagiaku.
Kuharap, kau bukan lukaku untuk waktu yang panjang. Juga bukan bahagiaku untuk sementara waktu. Kita begitu dekat, mungkin terasa seperti sepasang kekasih. Atau hanya aku yang merasakan hal ini. Berdekatan denganmu seperti memetik bunga mawar. Dimana aku harus rela dilukai untuk mendapatkannya. Jika zona kita terlalu dekat, mungkin aku butuh tembok lebih tinggi untuk menjaga perasaanku. Karena jika terus seperti ini, aku mungkin tak akan pernah bisa melupakan perasaanku. Pula cerita kau tentang dia, semakin memekik hatiku. Kau tidak membunuhku. Hanya saja, aku yang masih menggumpalkan perasaanku dan memilih tetap Memendammu. Salahku, jika nanti aku terbunuh oleh perasaan ini.
18 september 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...