Cara terbaik yang bisa aku lakukan untuk membuat kau membenciku adalah dengan berpura-pura aku mencintai dia
Kita kembali bertemu di bawah hujan tanpa sengaja. Terjebak di halte bus karena hujan deras. Kau yang menyadariku langsung memeluk erat dan tak mau melepaskan. Dalam kondisi seperti ini, kau melontarkan pertanyaan. Bagaimana agar kita bisa pergi dari halte bus ini tanpa terkena hujan? Jawaban sederhana saja, tidak panjang lebar. Kita cukup menunggunya redah dan kita pergi dari halte bus ini tanpa terkena air hujan.
Melihat kondisi seperti ini, aku teringat perasaan kita yang terjebak di satu rasa. Kupikir, jalan terbaik agar kita bisa bebas dari perasaan ini ialah menunggu perasaan kita redah. Tapi bagaimana perasaan ini akan redah, bila kau terus menyeruakkan airmata dan memeluk erat diriku. Kau malah menambah derasnya rindu dan rasa. Jika terus seperti ini, kita akan tetap terjebak pada perasaan ini. Untuk itu, marilah kita menghetikan perasaan ini agar semuanya terlihat seperti alur bahagia. Dimana akhirnya kau menikah.
Setelah sepuluh menit kita berpelukan di bawah halte bus. Aku memutuskan untuk pura-pura membencimu, pura-pura marah dan mengatakan aku tidak mencintaimu. Maaf, aku lakukan agar kita bisa saling melupakan rasa. Tapi kau keras kepala, kau tetap memelukku. Aku dengan airmata tertahan terpaksa mengatakan bahwa aku telah kembali pada pemilik hati di masa lalu. Perkataan itu berhasil membuat kau terdiam dan menangis. Saat matamu itu mengeluarkan air, aku juga ikut mengeluarkan air mata. Agar semuanya terlihat jahat, aku meninggalkanmu dengan berlari menerebos hujan. Maaf, aku terpaksa melukai hatimu agar kita tidak larut dalam empedu yang panjang.
4 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...