Aku harap, yang kulakukan ini bukanlah sekedar merebahkan diri pada hati yang baru.
Hari ini aku kembali ke jepang. Semalam, paman memelukku karena ingin aku menikahi anak sahabatnya secepatnya. Dan gadis itu memintaku untuk menikahinya secepatnya mungkin. Tapi aku sadar, matanya tak pernah bersinar. Apalagi bibirnya, tak pernah tersenyum. Aku tidak peduli, aku harus menikahinya segera agar semuanya usai. Bulan depan, aku akan menikahinya. Dan bulan ini aku harus mempersiapkan banyak hal, seperti menyiapkan uang, mobil baru, dan rumah untuk orang yang akan kunikahi nantinya. Aku benar-benar sibuk bulan ini.
Namun, sebelum aku menikahi seseorang tersebut, aku harus menuntaskan penulis surat yang terus mengirimku secarik lukanya. Aku melakukannya agar tidak ada masalah dalam pernikahan kami. Aku juga tidak ingin larut terlalu dalam pada luka ini. Bagaimanapun luka ini harus aku kubur. Harus aku hanyutkan walau akan terasa perih. Sebab tuhan telah menakdirkanmu pada orang lain, bukan untukku.
Atas semua yang terjadi, aku berterima kasih. Di luka masa lalu itu telah mengajarkanku bahwa kedatangan seseorang akan membawa pergi yang perih. Pula saat berjalan di dalam hati seseorang tak selamanya lurus. Terkadang kita akan tersesat di dalamnya, hingga kita hilang jejak dan kehilangan. Seperti dulunya aku yang mencintaimu sepenuh hati lalu kehilangan hingga benar-benar hilang. Dan aku belajar banyak tentang kepergianmu. Namun aku tak pernah bisa membuatmu pergi. Itulah kesalahan tentang kisah kita. Yang tak pernah pergi
6 juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...