Mencintai kekasih sahabat sendiri itu seperti memetik bunga mawar, dimana kau amat bahagia karena bisa memetiknya sekaligus patah hati karena terluka atas duri-durinya.
Aku bukan mengenang. Tapi kau yang tiba-tiba hadir dalam pikiran. Meretaskan semua benteng pertahanan hingga membuat rindu yang tak tertahan. Disana, di jembatan kecil area taman ini, aku melihat sepasang orang dewasa. Ada dua gadis dan satu pria. Salah satu dari gadis itu berpacaran dengan pria tersebut. Aku bisa menebaknya karena mereka berdua terlihat amat dekat dan mesra. Hei langit! Lihatlah, gadis yang hanya menjadi sahabat itu, dia tersenyum pada sahabatnya yang berpacaran dengan airmata tertahan di pelupuk mata. Sesekali dia menoleh ke arah lain, menghapus airmatanya. Aku pernah merasakan posisi tempat ia berada. Dan posisi itu tak pernah baik. Kau yang dekat seolah bisa menggapai namun hanya dalam khayal.
Tak pernah baik mencintai kekasih orang lain. Terutama mencintai kekasih sahabat sendiri. Itu hanya membawa masalah besar terhadap pertemanan. Jikalau pun perasaanmu tumbuh tanpa kau minta kau harus tetap menahannya. Aku tahu benar posisi ini, dimana mencintai seseorang namun berpura-pura tidak mencintai. Semacam mencintai sebuah empedu yang terlihat manis padal pahit. pula pada posisi ini, akan membuatmu bahagia sekaligus patah hati.
Aku bukanlah ahli perasaan, tapi menurutku, sebaiknya mundur perlahan. Sebab menjadi duri atas pasangan orang lain tidak pernah baik. Pun seperti aku yang terus berusaha melepaskan orang yang sebenarnya telah aku cintai lebih dulu dari orang lain harus melepaskan karena orang lain pula. Mungkin itulah sifat takdir, selalu membawa hal yang tak terduga.
6 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...