Aku disini berdiri bukan tanpa alasan. Aku berdiri karena perasaanku padamu. Namun mengapa, kau tak pernah menyadari perasaanku, walau hanya sepintas.
Aku memang mengikhlaskanmu bersamanya, tapi bukan berarti aku bisa melihatmu menangis tiap hari. Lukamu adalah luka di hatiku. Aku benar-benar tidak paham denganmu, mengapa kau tidak melepaskannya.
Akhir-akhir ini kau lebih banyak diam, lebih banyak menangis. Lalu kenapa? Kenapa kau tidak memutuskan dia dari hatimu. Mengapa engkau tetap mempertahankannya walau sesak. Apakah hatimu terlalu mencintainya? Seperti aku mencintaimu? Semoga saja tidak.
Karena perasaan seperti hatiku ini terlalu sulit untuk kita kendalikan. Jika tidak percaya, lihatlah hatiku ini, kapan aku bisa kendalikan? Kau yang terluka saja, hatiku yang perih. Mengapa? Karena sejatinya, hati tak pernah bisa terkontrol, semuanya terjadi dengan sendirinya. Alamiah.
Pula kapankah kau akan menyadari perasaanku ini, aku di sini berdiri karenamu. Kau harus tahu, akulah orang yang teramat mencintaimu. Lebih dari siapapun yang mencintaimu. Aku rela menyerahkan hidupku untukmu, aku tidak merayu. Ini tulus dari hati paling dalam. Hanya saja aku tak punya keberanian untuk menyatakan perasaanku ini. Karena aku takut, akan ada jarak yang teramat panjang tercipta.
5 November 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...