Jalan paling panjang dan gelap adalah jalan melupakanmu, dimana tiap langkahnya menyimpan duri dan empedu.
Sejauh ini aku telah terluka dengan memar yang tak tertahan pedihnya. Ditinggalkan dengan amat tega. Waktu yang kupikir bisa menyembuhkan luka, malah menghadirkan sesak yang tak tertahan. Redup lelap rasaku tiap malam. Kau masih hadir dalam mimpi seperti sedia kala. Wajahmu tersenyum penuh cahaya namun apa yang bisa aku dapatkan. Hanya luka yang kian menderai hingga dengan paksa mataku menjatuhkan airmata. Bukan hanya karena aku terluka, tapi juga karena rindu yang tak akan pernah tersampaikan.
Aku kalah. Aku mengaku kalah dalam setiap usaha melepaskanmu. Aku luruh. Aku mengaku luruh saat ingin melupakanmu. Aku remuk. Aku mengaku luruh saat dada di remukkan oleh rindu yang selalu menghantam. Ada banyak cerita cinta di dunia ini yang mungkin sama dengan cerita kita. Tapi lihatlah cerita kita. Pasangan yang ditinggalkan menikah malah masih mencintai, masih tak bisa melepaskan perasaannya. Sesak itukah aku dalam kisah ini!
Jarum apalah lagi yang akan mengahantamku dengan pilu. Menerobos benteng hati dengan paksa. Sering kali aku berteriak namamu. Aku tahu aku salah, tapi hanya hal itu yang bisa aku lakukan agar aku bisa menghentikan perasaanku. Tak mungkin aku menjadi racun dalam pernikahanmu. Aku bukan orang yang seperti itu. Pun cinta memiliki harga diri. Hingga aku tak mau berbuat salah hanya karena perasaanku yang kuat. Biarkan semuanya mengalir bersama arusnya. Barangkali di tengah jalan cerita kita bisa menemukan penawar hati. Membawa duka menjadi ceria. Membalut memar di dada dengan lembut. Dan menutup kisah dengan bahagia. Ikuti saja alurnya, biarkan seperti itu.
11 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...