Kau hanyalah luka yang menusukku berkali-kali tanpa ampun.
Malam ini aku bertemu dengan wanita yang merupakan kekasih suamiku. Dia mengajakku ke kafe untuk sekedar memesan minuman. Aku tidak berkata apapun padanya, meski sebenarnya hatiku terkikis sejak pertama wajah gadis itu muncul di handphone suamiku. Namun, matanya mulai menjatuhkan airmata, dia mengatakan bahwa ia tak pernah mengetahui kekasihnya tersebut menikah denganku. Kekasihnya baru jujur setelah bayi mulai berkembang di janinnya. Ia amata menyesalinya. Ingin ia berlari, namun kekasihnya tak memberinya waktu untuk pergi. Dia mengatakan akan mempertanggungjawabkan bayi di kandungannya. Dia tak ingin bicara banyak, kata terakhirnya ialah ; siapkah aku menjadi seseorang yang kedua.
Siapa yang pernah siap menjadi seseorang yang kedua di hati seseorang. Tak pernah ada yang siap untuk hal itu, tapi apakah aku akan bertahan dalam pernikahanku ini. Aku amat terluka dengan peryataan gadis tersebut. Aku tahu, mereka adalah dua orang yang saling mencintai. Dan sadarkah, selama ini aku hanyalah tembok raksasa antara mereka. Kau tahu, rasa bersalah terus memuncak di dadaku. Aku membutuhkanmu, lebih dari sekedar tempat rebah.
Aku telah melepaskan orang yang aku cintai. Lalu mencoba mencintai seseorang yang bahkan tak akan pernah mencintaiku. Aku tidak tahu harus menumpahkan kepada siapa semua empedu di dada. Aku yang tak pernah sembuh darimu kembali terluka untuk kesekian kalinya. Menerima bahwa aku tak akan pernah menjadi pemilik hati di satu hati. Dan untukmu, andai saja kau tahu bahwa selama ini aku tersiksa oleh rindu yang kubuat sendiri. Mencoba mencintai tidak seperti menutup luka lama. Kau yang pikir telah pergi dari hati ternyata masih tersimpan dalam-dalam. Tak pernah pergi walau selangkah.
4 Juni 2019
Itu surat kedua yang aku buka. Aku seperti tidak bisa menahan hatiku lagi. Hatiku selalu mengatakan bahwa pengirim surat itu adalah dirimu. Kau adalah rasa atas semua kisah yang terjadi. Jika nantinya kau adalah penulis surat ini. Tolong katakan bahwa perasaanmu tak pernah ada untukku. Karena aku sudah mengatakan pada diriku, tak akan pernah menerima luka darimu lagi. Kau hanyalah luka yang menusukku berkali-kali tanpa ampun.
7 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...