Aku bukan bermaksud membunuh tubuhku, tapi jika satu-satunya cara agar aku terlepas dari perasaan ini dengan bunuh diri. Maka itu jalan yang harus aku lakukan.
Dia, pemilik hati di masa lalu memeluk dari belakang saat aku ingin luruh dari gedung 24 meter ini. Dia memelukku dengan amat keras. Aku bisa merasakan hatinya yang masih mencintaiku. Meski aku juga tidak mengerti dengan hatinya kemarin. Perasaannya masih dalam untukku, tapi apa yang bisa aku lakukan. Aku tak bisa membalasnya, hatiku sudah sepenuhnya untukmu.
Dia mencoba menggenggam hatiku, memintaku rebah pada pundaknya. Saat aku mencoba menumpahkan perih padanya, dia malah mengundang kenangan lalu. Dia terus menceritakan hal laluku bersama dia. Perasaan-perasaan saat bersamanya. Tanpa aku sadari, aku mulai jatuh padanya karena kenangan dulu. Perasaan untuknya kecil, dan kau masih di atas segala rasa.
Setelah malam ini, dia, pemilik hati di masa lalu terus menemaniku sebab ia takut aku mencoba bunuh diri lagi. Aku bukan bermaksud bunuh diri, tapi apa yang bisa aku lakukan jika satu-satunya jalan untuk membunuh perasaan ini ialah membunuh tubuhku juga. Aku lebih baik bunuh diri agar mati dengan cepat. Dari pada dibunuh oleh perasaan ini secara perlahan. Hatiku sudah terlalu rapuh, bahkan sejak aku jatuh cinta padamu, aku sudah banyak menanggung luka. Untuk itu, biarkan aku menghentikan semuanya.
2 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...