Hatiku memang tidak dimiliki oleh siapapun, tapi bukan berarti dalamnya kosong.
Kemarin, pamanku meminta aku datang ke rumahnya. Ia mengajakku makan malam, dan di akhir percakapan dia bertanya apakah aku memilki kekasih atau tidak. Aku menjawab jujur, bahwa hatiku tidak dimiliki oleh siapapun. Namun bukan berarti dalamnya kosong. Dia lalu memintaku untuk menikahi anak sahabatnya. Aku hanya diam, tidak berkata "iya" atau "tidak" padanya. Dia lalu memberiku satu hari untuk mengenal gadis tersebut, lalu hari berikutnya ia meminta keputusanku. Aku lalu berlalu, memikirkan matang-matang.
Dalam hidup memang kita sering diberi pilihan. Seperti menikah atau tidak. Atau menikah dengan orang yang kau cintai atau menikah dengan orang yang tidak kau cintai. Semuanya adalah pilihan yang harus kita ambil. Itu semua bukanlah masalah, sebab hidup adalah pilihan. Hanya saja aku terlalu tidak bisa menerima kenyataannya, mengapa hati tak pernah memberi sebuah pilihan. Entah itu untuk melupakan atau merelakan. Semuanya tetap dilukai dan melukai. Mungkin ada pilihan di hati, namun untuk berjalan pada pilihan itu, terasa seperti semu. Pula terkadang kau hanya berjalan di tempat. Ingat saja, bahwa hati memiliki sifat tersendiri. Tidak bisa diterka, semua terjadi dengan apa yang hati itu minta. Lalu pilihan terberatku sekarang adalah pilihan menikahi seseorang yang mungkin bukan yang aku cintai. Di satu sisi, tidak mungkin aku harus sendiri dengan luka ini, apalagi tetap mencintai seorang wanita yang sudah menjadi milik orang lain. Kau yang pergi, biarkan yang baru datang tanpa harus menutupi luka lama. Bila nanti, lukanya tetap terasa perih. Kuharap kita semua tidak terluka.
2 juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...