Ketidaksetujuan akan membawa kita pulang pada hati yang harus kita cintai, meski sesak dan pedih kita harus mencoba belajar mencintai agar luka tak menghampiri lagi.
Ketidaksetujuan orang tuamu atas perasaan kita memang terdengar kejam. Di hadapan mereka kita terlalu buruk untuk disebut kita. Lamaranku tak pernah berarti bagi mereka. Usahaku untuk mendapatkanmu, hanyalah ketersia-siaan. Aku akan belajar ikhlas. Ikhlas melepaskanmu dengan hati yang lapang. Sesak fi dada akan aku lewati sebisa mungkin. Impian kita yang dulu, gugurkan sudah. Sebab jemari kita tidak lagi bergandengan.
Kau yang akan hidup bersamanya, cintailah dia seperti kau mencintaiku. Atau cintailah dia melewati cintamu padaku. Aku juga akan seperti itu, akan mencintai pemilik hati di masa lalu ini seperti aku mencintaimu. Meski rasanya sesak, akan aku coba. Belajar mencintai tak pernah ada sebenarnya di hatiku. Karena menrutku, cinta tumbuh dengan sendirinya tanpa harus di pelajari seperti sebuah materi.
Esok adalah hari dimana kita sudah tidak lagi bersama di satu universitas. Dan di hari itu aku akan mencoba pergi sejauh mungkin darimu. Kau yang akan sibuk mengikat janji, berjanjihlah dengan lapang dada bahwa kau akan mencintai dia. Lepaskanlah aku di hatimu. Jangan hancurkan hatimu dengan enggan mencintai seseorang yang harus kau cintai. Pun aku begitu, akan mencintai pemilik hati di masa lalu ini. Kita harus mencintai orang yang akan menutup luka kita. Kita harus belajar, meski pedih meronta-ronta. Berusahalah mendiamkannya. Tapi jangan pernah menumpahkan airmata.
28 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...