64

35 1 0
                                    

Berapa kali lagi aku harus merelakan bersama yang lain. Pula berapa kali lagi kau akan menebas pisau di hati. Tak cukupkah luka yang kau torehkan pada hatiku.

Hari ini, sepulang kerja aku terhanyut dalam sebuah undangan pernikahanmu. Lihatlah undangan ini, duduk manis di meja depan dengan senyuman manismu. Aku tidak tahu siapa yang mengirimnya, aku pikir kau yang mengirim untukku. Kau tahu, aku luruh dalam luka paling pahit dari empedu. Aku terjun pada air paling hitam. Aku tenggelam dalam samudera paling gelap. Kau yang seharusnya menjadi milikku kini duduk bersama orang lain. Melanjutkan cinta yang lebih serius.

Aku yang patah-patah kembali meringkuk menangisimu seolah duniaku benar-benar hancur. Aku terus membayangimu sepanjang hari tanpa melihat matahari yang terbenam. Sejenak, aku melihat ke jendela memandang senja yang kian terbenam. Kupikir, hatiku sekarang seperti senja itu, tenggelam dalam sendu. Menyeruakkan luka yang tak tertetahan.

Aku. Ingatlah aku ini. Lelaki yang pernah mencintaimu sepenuh hatinya. Lelaki yang pernah memendammu dengan teramat dalam. Sadarkah, aku adalah orang yang harus merelakanmu dengan orang lain untuk kedua kalinya. Aku adalah orang yang mencintaimu dengan balasan luka paling dalam. Inhin aku bertanya, jika aku masih mencintaimu? Berapa kali lagi kau akan menebas pisau di hati. Berapa kali pula aku harus merelakanmu pada hati yang lain. Namun semuanya sudah amat terlambat. Bahagialah kau dengannya, setialah seperti kesetiaan seorang istri pada suaminya. Semoga kau mendapatkan perasaan yang lebih baik dariku.

31 Maret 2019

Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang