Menikahi seseorang dengan perasaan terluka seperti berjalan di sebuah taman bersama duri di sepanjang jalannya.
Orang tuamu memilih pulang besok karena mengetahui aku akan segera menikah. Dan kau malah tersenyum dengan airmata dan berlari masuk ke dalam kamar. Kau yang pernah mengajarkanku merelakan ternyata tak pernah bisa merelakan. Pula juga yang pernah memintaku melupakan perasaan ini ternyata tak pernah lepas. Semua yang aku lakukan ini demi kebahagiaan kita berdua, dimana kita tidak terluka untuk kesekian kalinya.
Hari ini, aku berjalan dengan gadis yang akan menikah denganku. Wajahnya sendu, persis seperti orang merindukan seseorang. Namun saat aku tanya apakah dia siap menikah denganku, dia benar-benar siap. Beberapa hari ini, dia akan tinggal di rumahku. Sebab dia ingin berkeliling di kota ini untuk beberapa hari. Dia gadis yang aneh, kadang sendu. Pula terkadang ceria. Sekarang dia menarikku, mengajakku mencari tempat makan. Aku akan mencoba mencintai gadis ini. Seperti yang pernah kau lakukan dulu, mencintai seseorang yang akan menikahimu. Aku harap ini tidak akan sulit. Seperti isi suratmu yang sering kau kirimkan padaku.
Aku dan dia sekarang bersama, namun tak pernah ada topik untuk dibicarakan. Kami masih diam, yang sebenarnya memikirkan hal lain di kapala kami. Aku tidak mungkin menanyakan hal bodoh tentang perasaan kepadanya. Sebab pernikahan kami lebih penting dari kecanggungan sesaat. Yang perlu aku lakukan sekarang adalah menunggu, kapan kami akan memulai mengikat perasaan kami layaknya seperti sepasang kekasih.
13 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...