Kau telah menumbuhkan kembali dalam beberapa menit. Semua perasaan yang mungkin hampir bisa ku lepaskan.
Kita yang menghabiskan waktu di dapur bersama membuat hatiku kembali bekerja. Apakah kau sengaja melakukannya? Agar rasaku kembali padamu. Atau ini adalah jebakanmu, agar aku tetap tersiksa karenamu. Mengapa! Mengapa kau tak pernah membiarkan aku melupakanmu walau hanya sejenak. Aku benar-benar lelah, semua usahaku tak pernah berhasil. Selama ini aku hanya menyakiti diriku sendiri. Kau seharusnya tahu, bahwa aku akan segera menikah. Mengapa kau menyulitkanku!
Beberapa menit yang lalu aku menarikmu keluar dari rumah. Dan meminta kau pergi, tapi kau tetap berdiri di depan pintu transparan dengan tangis bersama hujan. Percuma kau menangis di bawa hujan, agar tidak ada yang tahu. Aku tahu semuanya. Dan berhentilah menangis karena aku tak bisa tahan.
Gadis yang akan kunikahi diam-diam melihatku menyeretmu keluar dari rumah. Biarkan dia melihatnya, agar dia tahu, bahwa sebenarnya aku tidak ingin mencintaimu lagi. Aku tidak akan membiarkan luka tumbuh lagi di hatiku untuk waktu yang panjang. Aku juga ingin seperti orang di luar sana. Dimana mereka hidup dengan perasaan saling mencintai. Menggenggam tangan orang yang mereka cintai. Aku juga ingin seperti mereka. Bukan duduk di kamarmu sambil melihat surat yang tak sempat kau selesaikan.
17 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...