Dia lelah memintaku menerima hatinya kembali. Dia lelah berlari di atas ketidakpastian. Dia lelah. Lelah sekali
Dia pemilik hati di masa lalu, memutuskan untuk meninggalkanku. Dia lelah denganku karena tak pernah mendengar hatinya. Dia sempat menangis di hadapanku, dia mengatakan bahwa melepaskanku adalah penyesalan yang tak bisa dia lupakan. Meski begitu, dia sekarang bisa belajar, bahwa hati bukan untuk di permainkan.
Sekarang, aku benar-benar sendiri tanpa siapapun lagi di sampingku. Tak ada lagi yang meringkukku saat luka menghancurkanku. Tak ada lagi tempat rebah hatiku walau hanya untuk sementara. Dia benar-benar pergi dari sampingku. Aku tahu, dia amat terluka karena aku tidak bisa menerima hatinya kembali. Aku bukan jahat, namun itulah yang terbaik. Aku tidak ingin mencintainya hanya karena kasihan. Itu hanya mengantarnya pada luka lebih dalam lagi. Aku sungguh tidak ingin hatinya terluka seperti hatiku. Cukup aku. Cukup aku yang merasakan pedih-perihnya.
Untukmu yang berada ribuan kilometer dariku, maafkan aku. Aku belum bisa menghapusmu. Tubuhku saat ini benar-benar dalam keadaan tidak baik. Bayanganmu terus menghampiriku. Meski aku lari ke ujung dunia, bayanganmu terus mengejarku. Entah harus berapa kali aku harus mengusirnya, ia selalu datang. Aku lelah. Lelah sekali.
18 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...