Ada beberapa orang yang dibodohi oleh hatinya sendiri. Dimana ia mencintai seseorang yang bahkan ia sudah tahu bahwa orang tersebut hanya akan menyakitinya. Dan aku adalah contohnya.
Separuh dari hatiku telah terluka dan di perban erat-erat. Sekarang, aku hanya bisa menerima seseorang hanya dengan separuh hati yang tersisa. Tapi siapkah aku membuka hati kedua kalinya? Aku bukan takut jatuh cinta. Aku hanya lelah, jika nantinya aku harus terjatuh lagi, dan mengikhlaskan pergi. Hati kita memang kecil dan dalamnya luas, tapi bukan berarti kita bisa melukainya terus menerus.
Jika kalian sedang diam dan membaca kata-kata ini. Pikirkan sedikit hati kalian. Pikirkan kebahagiaan hati kalian. Dan sadarkan diri kalian dengan pertanyaan ringan. Sudahkah aku membahagiakan hatiku sendiri? Sudahkah aku memilih orang yang tepat untuk hatiku sendiri? Sudah berapa kali hatiku meringis karena memilih orang yang salah?
Dalam pertanyaan di atas aku sendiri sadar. Aku telah berulang kali menyikiti hatiku sendiri hanya kerena bahagiaan orang lain. Terlalu banyak terluka demi membuat senyum di bibir lain. Dan hatiku terlalu lelah karena terus memperjuangkan hati yang tak pernah memilihku. Aku tidak menyindir takdir karena tidak memilihku untuk mendapatkannya. Aku hanya mencoba menyadarkan diri sendiri bahwa selama ini aku lupa. Aku lupa segalanya. Terutama lupa membahagiakan hatiku sendiri. Dan sadarkah kita semua, tidak semua kebahagiaan yang hati kita minta baik juga untuk hati kita. Ada beberapa hal buruk dalam cinta, seperti menginginkan seseorang yang sebenarnya terus melukai kita. Mereka yang ahli cinta biasanya menyebut itu ; Bucin.
21 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...