Aku minta maaf, karena masih merindukanmu bahkan ketika aku berada ribuan kilometer darimu. Dan aku juga masih sulit melewatkanmu dalam ingatan walau hanya sesaat
Hampa adalah milikku sekarang, bukan karena pergi telah menyapa. Tapi memang sekeping hati telah hilang, kehilangan atas dasar perasaan selalu membawaku pada lubang yang gelap. Terperangkap tanpa pelita. Aku yang meraba jalan keluar harus terluka karena menabrak tiang kenangan. Dengan perihnya aku berusaha keluar dari lubang ini, tapi sadarkah? aku terlalu lemah untuk menggugurkan perasaan ini. Bila aku terperangkap selamanya di dalam lubang gelap gulita ini, kuharap kau tak pernah tahu. Aku tidak ingin kau terluka atas ketidakmampuanku mengurusi hatiku sendiri.
Aku tidak tahu lagi bagiamana caraku keluar dari lika liku perasaan ini. Kadang ketika aku mengenangmu, rasa sakit mengahantamku dengan tega. Menghunus tiap rasa yang tumbuh. Kau tahu? Hari ini aku di terima di salah satu perusahaan terbaik di kota ini. Namun entah kenapa, di terima oleh perusahaan terbaik pun hatiku tak pernah semenyenangkan saat melihat dirimu. Bahkan sekarang aku merindukanmu dengan hati yang memuncak bagai gunung yang akan meletus. Salah? Memang salah merindukan milik orang lain. Dan tenang saja, ketidakhadiranmu akan menghukumku. Membunuhku dengan tega, dan aku akan hanyut dalam luka lebih dalam lagi. Maaf, karena aku masih setia merindukanmu.
10 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...