80

42 1 0
                                    

Jangan pernah menyalahkan waktu, sebab kitalah yang tidak seharusnya bertemu kembali.

Kau dan aku kembali bertemu. Bukan karena ketidaksengajaan, melainkan kesengajaan. Kau datang ke rumahku dan memelukku dengan erat. Airmatamu tumpah tak tertahan, aku mungkin tidak tahu apa yang terjadi. Tapi itu cukup membuat aku hancur dan kembali pada perasaan dulu. Kudustai semua perasaan lalu, airmatamu nyatanya masih menjadi airmataku. Lukamu masih menjadi lukaku. Kau kini datang dengan sederhana. Tidak banyak bicara, hanya memelukku dan menumpahkan segalanya. Kau buat aku menjadi tempat rebahmu lagi. Tempat menumpahkan lelah yang menyayat hati. Tahukah kau, aku tidak akan pernah menemukan penggantimu, sebab aku tidak bisa melepaskan hatiku yang terasa kau genggam.

Isakanmu membuat hatiku terasa terpukul. Ku genggam erat-erat tanganku untuk menahan amarah. Ingin sekali ku beri pelajaran pada lelaki yang membuatmu menangis, ataupun orang yang membuatmu terlihat menyedihkan. Tapi aku tak mau keluar garis, sebab nyatanya aku tetap orang asing dalam kisahmu. Aku memilih melepaskan pelukanmu, sebab aku tahu diri. Aku bukanlah pria yang harus kau peluk.

Aku minta maaf, karena mendorongmu keluar dari rumah. Meski kau merengek memintaku diam bersamamu sejenak. Harus kau tahu, perasaan kita sekarang adalah sesuatu yang tidak diharuskan. Waktu tidak pernah salah, kitalah yang tidak seharusnya bertemu, tidak harus menyimpan hati masing-masing walau setitik. Dan sekarang, apalah arti kita, yang masih memiliki perasaan meski telah dibunuh berulang kali. Kini kita duduk di balik pintu, menangis atas perasaan yang seharusnya kita lupakan. Menyiksa. Amat menyiksa. Sakit sekali.

6 Mei 2019

Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang