Kau harus tahu, kau hanya pemilik hati di masa lalu. Jangan berharap kembali, karena aku bukan kaca yang bisa kau retakkan untuk kedua kalinya.
Semakin aku menjauh, dia semakin mendekat. Ingin aku mengkasarinya, mengatakan ; bukankah selama ini kau yang memintaku pergi, lalu mengapa kini kau kembali padaku seolah kita tak pernah memutuskan perasaan.
Untukmu, pemilik hati di masa lalu. Bagiku, dirimu hanyalah pengganti tokoh utama ketika tokoh utama sedang sibuk menata hatinya. Jadi, jauhlah dariku seperti kau menjauhi dirimu padaku waktu itu.
Jika hadirmu hari ini bertujuan memintaku merangkulmu kembali, maaf aku benar-benar tidak bisa. Hatiku tidak ingin terpecah belah lagi. Aku baru kemarin menutupmu, maka hanyutlah kau dari sampingku. Hatiku sudah terisi oleh gadis lain. Enyahlah.
Jangan kau menangis di hadapanku, kau bertindak bahwa kaulah paling terluka. Sadarkah dirimu? Bukankah kau yang membuangku. Kau seharusnya tahu, saat kau memintaku pergi, aku telah hancur, disisi lain keluarga telah berantakan. Kau malah dengan tega menejal hatiku. Dan sekarang kau bertingkah semuanya baik-baik saja dan tangismu mengharapkan aku kembali. Sia-sia, aku tak akan kembali pada lukaku. Tanamkan di hatimu, kau adalah luka terbesarku. Jangan bingungkan dirimu tentang hatiku yang tak mau menerimamu kembali. Karena sudah kujelaskan, kau adalah luka terbesarku. Dan kau juga yang memulai luka di hatiku. Maka biarkan aku melepaskanmu seperti kau melepaskanku dulu.
15 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...