87

35 0 0
                                    

Kau bukan milikku lagi. Tapi rindu tetap tertuju padamu. Padamu yang hanya sekedar berdiri di ambang hati.

Bolehkah. Bolehkah aku menyalahkanmu malam ini. Ingin sekali aku menyalahkan dirimu atas ketidakmampuanku memilikimu. Tolong izinkan aku sejenak untuk menyalahkanmu, bahwa semuanya adalah salahmu. Kau tidak seharusnya menjadikan aku sebagai sahabatmu saat pertama kita kenal. Kau seharusnya menjauhiku agar perasaan ini tak sedalam ini. Kau juga harusnya membenciku. Semua perasaan ini adalah salahmu. Kau yang menumbuhkannya. Tiap saat kau beri harapan dan kedekatan padaku. Kau membuatku merasa bahwa kita saling memiliki. Argh! Namun kenapa, saat kita mencoba saling memiliki kau memilih lelaki lain. Memang bukan kemauanmu, tapi kau harus bisa melakukannya. Kau yang salah atas semuanya. Dan aku terlalu pengecut dalam perasaan ini. Aku sungguh mencintaimu. Amat dalam. Dalam sekali.

Sekarang, aku minta maaf karena telah menyalahkanmu. Aku tahu, akulah yang salah dalam semua perasaan ini. Akulah yang tak seharusnya mendekatimu lebih dalam. Tak seharusnya memendam di hatiku paling dalam. Juga tak berharap bisa memilikimu, sebab dari awal kau bukanlah milikku. Aku kadang terpecah saat bayanganmu menghampiriku. Dan rasa sesal membalut hatiku dengan erat. Membuatku berteriak kesakitan sewaktu-waktu. Kau adalah penyesalan terbesarku. Namun bukan berarti aku menyesal karena telah jatuh cinta padamu. Semuanya berarti, terutama saat aku harus kehilangan kau dan merelakanmu pada hati yang lain. Dan aku harus menahan rinduku lagi. Rindu pada tamu yang hanya sekedar berdiri di depan pintu hati.

20 Mei 2019

Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang