Jika kau mau, aku siap menjadi rumah baru untukmu. Hempaskan semua lukamu padaku, dan kembalilah rebah di pundakku
Barangkali aku bisa menjadi rumah barumu setelah rumah lama yang penuh luka meninggalkanmu. Aku siap menerima kau sebagai tamu dalam rumahku. Hatiku mungkin kecil, tapi cukup luas untuk menerimamu. Namun, jika kau masih terluka dan menginginkan rumah lamamu, pergilah sekarang juga, Jangan hanyutkan aku dalam luka pedihmu yang ke dua kalinya.
Ketika serpihan lama telah hilang, bukan berarti kau harus membuat serpihan baru di hatiku. Tapi lagi-lagi aku tak bisa mengatakan semuanya padamu. Semuanya tertanam di hatiku, kuharap aku bisa mendapatkanmu. Semoga hatimu tumbuh perasaan seperti perasaan yang aku miliki.
Jika esok aku mendapatkan hatimu, aku akan menjaganya dengan sungguh-sungguh. Tak akan kubiarkan kau menetes airmata. Sebab sejatinya lukamu adalah lukaku.
Hatiku yang dulu biarlah pergi bersama waktu, biarkan dia bergandeng dengan luka. Perihal menyimpan perasaan memang seperti itu. Kadang kau harus terluka di awal lalu bahagia di akhir, atau bahagia di awal dan luka di akhir. Namun bukan berarti menyimpan perasaan selalu berakhir dengan hal yang indah, bisa jadi Berawal dari luka dan berakhir pula dengan luka. Tak ada yang tahu tentang perasaan, mereka selalu punya ruang sendiri untuk menciptakan rasa yang ingin tumbub. Jadi, mari kita biarkan semuanya berjalan dulu, sampai mana hatiku bertahan denganmu, dengan ikatan sebuah pertemanan.
18 November 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...