Sesakku kali ini mungkin sudah terlalu dalam. Mengalahkan laut paling dalam sekali pun
Kau pernah merasakan sesak yang amat dalam. Hingga kau hanya bisa menangis di kamar tanpa perlu di dengarkan. Lalu ingin berteriak hingga suaramu habis, itulah yang aku rasakan malam ini. Aku menangis karena kekasih sahku menamparku dengan keras dan mengatakan akan menceraikanku. Dia memintaku untuk membuat masalah dengannya agar hal itu bisa menjadi alasan dia menceraikanku. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara bernafas lagi. Sungguh, ia membuatku terasa seperti boneka yang bebas ia gerakkan semaunya.
Aku benar-benar merindukan pundakmu, dimana dulu aku bisa merebahkan lukaku sesakit apapun. Aku terkadang menangis saat menuliskan surat-surat ini. Rasanya ingin memelukmu dengan amat erat. Orang tuaku tak pernah aku kunjungi, sebab aku takut mereka melihat semua bekas tampar di pipiku. Aku benar-benar takut. Detik ini, usahaku untuk memperjuangkan pernikahanku akan aku lakukan. Meski luka akan menghatam tanpa ampun.
3 juni 2019
Itu adalah Secarik dari 3 kertas yang dikirim saat aku berada di indonesia. Aku tidak tahu mengapa, tapi surat ini merujuk pada kisah kau dan aku. Rasanya seperti mustahil jika bukan kau yang menulis semua surat ini. Tapi aku benar-benar tidak ingin kau yang menuliskan semua surat ini. Kita hanyalah pisah. Aku tak mungkin memilihmu lagi, kau milik orang lain. Pun jika nantinya kau bukan milik siapa-siapa lagi, tetap saja kau pernah dimiliki secara sah oleh lelaki lain. Aku juga memiliki harga diri, dimana harga diriku jika harus menikahimu. Dan aku harap kau dan segeralah berbaikan.
7 juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...