Yang berlari dari rindu selalu terjatuh pada luka sendiri. Bukan karena tergores hatinya, tapi hatinya tak tahan di peluk oleh rindu.
Aku lelah berlari. Kau yang datang hanya sejenak ternyata membawa rindu yang makin melunjak. Rindu terus mengejarku hingga di ujung perasaan. Aku lelah berlari darinya, tapi tak bisa menyerah pada rindu yang akan membawaku padamu. Kau bukan untukku. Namun jantungku terus berdetak untukmu. Tuhan tidak mungkin memberiku perasaan ini jika tidak ada sesuatu di akhir perasaan ini. Jika saja sesuatu itu adalah memilikimu, mungkin akan teramat sulit. Atau mungkin sesuatu itu melepaskanmu, mungkin terasa sangat perih.
Aku terduduk di bangku kecil malam ini, mencoba mengenang semua kenang lalu. Walau pahit, aku mencoba tersenyum. Wajahmu yang dulu masih sama, kadang membuatku tersenyum sendiri. Langkahku adalah mundur. Itu karena kau tak seharusnya lagi kumiliki. Perjuangan untuk mendapatkanmu dulu tidak pernah sia-sia. Dari perjuangan yang kulakukan itu, aku belajar bahwa semua hal yang kita inginkan harus kita perjuangkan. Juga perjuangan mengajarkanku, tidak semua hal yang kita ingin dan di perjuangankan bisa kita dapatkan. Terkadang ikhlas dan sabar harus ditemukan dalam hal seperti itu. Dan untukmu, sulit kuikhlaskan, berhenti datang kepadaku, meski itu hanya sekedar menyapa. Sebab rasa yang mati dapat kau bangkitkan hanya dengan kalimat sederhana darimu. Pula berhenti menepuk bahuku, aku bukan lagi tempat rebahmu, meski sebenarnya aku tak pernah tahan melihatmu terjatuh dalam lelah.
3 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...