Cara paling mulia melepaskan orang yang kita cintai adalah mengikhlaskannya.
Untukmu, yang pernah jadi lentera hati.
Pernah kau belajar mencintai seseorang. Tapi orang yang kau cintai tak pernah mau menumbuhkan perasaannya padamu. Saat ini, aku berada di posisi seperti itu. Aku tahu, aku bukanlah orang yang dia cintai. Tapi atas dasar rumah tangga ini bukankah perasaan itu harus kami tumbuhkan. Namun dia memilih untuk tidak pernah menumbuhkannya. Dia memilih untuk tidak mempercayai sebuah perasaan.
Aku lelah. Bukan karena banyak tugas seorang ibu rumah tangga, tapi aku lelah saat hatiku berjuang mendapatkan hatinya, dia malah mengabaikannya. Aku tidak marah, aku mengerti. Mungkin akan ada saatnya dia akan mencintaiku. Waktulah yang berhak menentukan saatnya itu. Aku hanya perlu mencoba dan terus mencoba.
Kau, apakah kau masih patah hati? Kau masih sibuk mencari rumah sebagai tempat hatimu rebah. Kupikir, kau harus melepaskan orang yang kau cintai dengan cara mengikhlaskan. Ikhlaskan dia bersama orang lain maka kau tidak perlu bersusah-payah melupakannya. Dengan ikhlas, kau akan mengerti banyak hal. Salah satunya, seperti sekarang ini. Tidak semua hati yang kau cintai bisa kau miliki. Tapi jika dia memang jodohmu, akan ada jalan cerita terbaik untuk membawanya datang kepadamu. Dan aku juga sedang melakukannya, mengikhlaskanmu walau sebenarnya aku telah mencintaimu sebelum aku menikah dengannya.
Note : kau pernah menjadi lentera di hati hanya sejenak. Namun masih membawa rasa, tapi aku akan belajar mengikhlaskanmu. Mengikhlaskanmu sedalam samudera paling dalam.
8 April 2019
Aku tidak ingin mengatakan banyak hal pada suratnya yang kesekian kali ini. Aku hanya semakin penasaran dengan pengirim surat ini. Dia seperti memberitahu bahwa bukan hanya aku yang terluka dengan sakit paling perih. Tapi juga masih ada hati yang lain, mungkin lebih dariku. Dan terima kasih telah memberitahuku cara paling mulia melepaskan seseorang yang aku cintai, yaitu mengikhlaskannya.
14 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...