Berpisah bukan pilihan kita, tapi jika luka telah meranggas ke seluruh jiwa. Apakah kita akan sanggup menahan tiap goresannya?
Kita kembali bertemu di atas gedung. Kau yang terlihat amat cantik membuaikanku dalam khayal. Andai kita di peruntukkan bersatu, mungkin kita tidak akan menangis hari ini. Aku dengan wajah sendu memelukmu, membisik bahwa aku akan pergi ke sebuah tempat dimana aku akan melupakanmu dan juga hidup bersama orang yang aku cintai. Tapi lihatlah kau, menangis dan tak mengikhlaskanku menikah, seolah aku hanya satu-satunya dan tak akan pernah terganti.
Aku tidak akan menikah sekarang, tapi hal itu akan aku lakukan ketika aku sudah bertemu pada penyembuh luka. Aku tidak tahu siapa orangnya, yang pasti orang yang aku nikahi suatu hari nanti adalah orang yang telah menyembuhkan lukaku.
Kau yang akan segera mengikat janji dengan dia, semoga lancar. Pada detik ini, mari kita berhenti saling berharap dan tinggalkan setiap detak yang mengikat hati kita. Kau yang masih bergeming dengan seribu imajinasi lalu, menyayat luka kembali. Meski berkali pisah di hati melunjak, kau dengan kuasa kecil melawan. Kau yang tak membiarkanku pergi membuat luka dan perasaanku tumbuh lebih dalam lagi. Pahamilah, bahwa jika seandainya kita diperuntukkan bersatu, akan ada alur khusus untuk kita. Tapi jika tidak, mari kuburkan perasaan kita dalam-dalam.
1 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...