Aku telah terluka berjuta kali saat aku merelakanmu bersama dia. Dan sekarang aku harus terluka kembali pada satu hati yang sama, pula pada hal yang sama. Dimana aku harus merelakanmu bersama yang lain untuk kesekian kalinya.
Hari ini kita bertemu. Aku dengan polosnya menyaksikan kau berdiri di bawah pohon Wisteria. Matamu sembab dan merah. Aku terbeku melihat raut wajah indahmu seperti itu. Kau dengan cepat berlari memelukku. Aku tidak tahu akan seperti ini, pertemuan di bawah pohon Wisteria dengan gadis yang paling ku idamkan. Gadis yang meneteskan air mata di pundakku dengan amat penuh.
Pertemuan kita amat menyakitkan, sebelum aku menyampaikan perasaanku. Kau sudah menyampaikan perih terlebih dahulu. Aku harap, aku bisa mendapatkan hati sepertimu lagi.
Di negara matahari terbit ini, tepatnya di bawah pohon Wisteria yang bersinar, kau mengatakan bahwa kau akan dijodohkan dengan seseorang oleh orang tuamu. Aku yang ingin menyampaikan perasaan, harus aku tanam kembali. Mengikatnya erat agar tidak tersampaikan. Aku tidak ingin menambah beban di hatimu.
Lalu aku hanya tersenyum dan meminta kau untuk menerima perjodohan tersebut. Aku dengan hati yang sudah terkulai lemas, berbohong padamu tentang kedatanganku ini, aku mengatakan bahwa aku datang untuk sebuah urusan. Padahal kedatanganku tak lain ingin menyampaikan secuil perasaan tak berguna ini.
Saat aku ingin kembali, kau memintaku untuk diam di sini. Tapi maaf aku menolak bukan karena tak ingin menghabiskan waktu bersamamu. Namun, sudah waktunya aku menghapusmu dan pergi. Kita hanya sepasang teman dan tak akan pernah menjadi ikatan lain. Kau tak pernah diperuntukkan untukku.
Aku yang telah datang dari ribuan kilometer kini harus kembali dengan luka. Mimpi yang ku bangun untukmu kini hanya lebur tak tersisa. Apalah arti perasaan yang hanya berada di satu pihak. Aku berterima kasih padamu, pernah menumbuhkan perasaan ini. Setidak-tidaknya, kita pernah tertawa lepas bersama. Mengukir indahnya kenangan. Meski akhirnya, aku tak pernah tahu arti dari sebuah kenangan yang kita ukir sendiri. Kenangan yang penuh kasih tapi hanya sebatas teman.
Kita usaikan saja cerita kita. Agar aku tidak terluka lagi. Aku sekarang lelah berdebat dengan perasaan. Juga lelah untuk hidup, mungkin perasaan ini bukan segalanya dalam perjalan hidup manusia. Tapi tak ada satupun manusia hidup tanpa cinta. Secuil perasaan ini memang berarti, jadi jangan pernah kalian sepelehkan. Seseorang bisa kuat hanya karena perasaan kecil bernama, cinta. Maka dari itu kupatahkan semua hatiku. Pergilah kemana kau ingin pergi. Berjalanlah bersama orang yang kau inginkan. Sebab hari ini, kita telah usai.
30 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...