31

82 0 0
                                    

Aku pikir, saat tahun baru datang, aku bisa menikmati kembang api bersama senyummu. Namun aku salah, kembang api itu ternyata menggugurkan hatimu. Bersama hatiku, yang dipadamkan oleh dinginnya malam tahun baru. Kau adalah hal yang tak pernah bisa aku dapatkan, walau hanya sejejak.

Malam ini semuanya telah ku persiapkan untuk kembali. Pergi dari rasa-rasa yang telah tumbuh. Sejenak aku menikmati kembang api perayaan tahun baru, tanpa sadar kau datang dengan syal merah di leher. Aku tertegun melihatmu, perasaanku benar-benar hancur. Pikiranku kembali terpikal, memutuskan untuk memberitahu perasaanku yang sebenarnya.

Malam ini tepatnya saat pergantian tahun, Bibir kecilku menyampaikan isi hatiku yang sebenarnya. Menyampaikan kebenaran hatiku tentangmu. Menjelaskan rasa yang tertanam selama ini. Tentang bertahannya aku meski kau di peluk dia. Bibir kecil ini juga mengeluarkan semua hal yang berkaitan dengan perasaanku selama ini. Mengeluarkan semua rasa yang gugur karena perjodohanmu. Juga perjalanku yang amat panjang untuk menemuimu. Semuanya aku keluarkan disini, dibawah indahnya gemerlap malam dengan kembang api yang menyalah meriah di langit.

Aku juga menjelaskan betapa rindunya aku padamu, Betapa kehilangannya aku saat kau menghilang dari samping. Dan yang paling penting aku mengatakan dengan jelas bahwa aku teramat mencintaimu. Lebih dari siapapun yang pernah mencintaimu. Aku juga menjelaskan bahwa hatiku terasa seperti empedu saat kau menghilang tanpa alasan.

Jawabanmu amat manis. Aku bahkan tidak percaya dengan yang kau katakan. Kau mengatakan bahwa kau telah mencintaiku saat pertama kali kau melihatku. Hanya saja saat itu, kau sudah menerima dia sebagai kekasih. Kau merasa bersalah jika memustuskan dia dengan waktu yang amat cepat.

Dan yang tak kalah menyakitkan dalam cerita ini, kau mengatakan bahwa kamu memutuskan perasaan dengannya dia dulu itu karena kau tak bisa menahan lagi perasaanmu padaku. Itulah jawaban mengapa kau lebih banyak menghabiskan waktu bersamaku saat kau berpisah dengan dia.

Kau juga mengatakan bahwa saat kau menuju ke pantai karena permintaanku, kau terluka karena melihatku bersama dia. Dan perasaanmu amat terluka lalu memutuskan pergi.

Tapi lihatlah sekarang, kita saling memberitahu perasaan yang bahkan tak akan berarti apa-apa dalam cerita ini. Mengapa perasaan kita tertanam begitu lama namun tak pernah bisa bersatu. Apakah kita hanya ditakdirkan untuk saling jatuh cinta namun tak bersama.

Jika benar, mengapa semesta sejahat itu. Mengapa ia biarkan perasaan kita tumbuh untuk membunuh kita sendiri. Perasaan yang seharusnya memekarkan bunga, bukan memekarkan empedu dengan duri tajam di hati.

Bisakah kita hidup dengan rasa ini? Rasa yang bahkan kita tidak tahu kapan akan hilang. Yang mungkin bersemayam di dalam dan menumbuhkan duri-duri kenangan. Bisakah kita hidup seperti itu?

Ini pertama kali aku menangis di hadapanmu. Aku tak peduli apa yang orang katakan tentang tangisanku. Aku menangis bukan karena kau akan dijodohkan dengan lelaki lain, Tapi karena perasaan kita. Mengapa? Mengapa kita tidak punya waktu untuk saling menjelaskan perasaan kita? Mengapa kita berjalan di atas kasih dengan rasa yang tak pernah bisa kita jelaskan sendiri? Lalu mengapa tak satupun dari kita berani menegur perasaan di diri kita?

Pertanyaan itu benar-benar membuatku merasa paling hancur sekarang. Dan terima kasih, telah memberi jawaban terbaik atas pertanyaanku itu, kau menjawab tiga pertanyaan itu dengan sendumu yang melukaiku. Ketiga pertanyaan itu hanya ada satu jawaban ialah; karena kita memang terlalu takut, jika seandainya perasaan kita terungkap dan salah satu dari kita akan menjauh. Kita benar-benar tidak ingin merusak hati kita dengan hal-hal yang seperti itu. Sebab perasaan kita jauh lebih berharga. Itulah jawaban terbaik atas pertanyaanku. Terimakasih, atas jawaban terbaikmu.

1 Januari 2019

Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang