Kita pernah terlalu yakin bahwa kita telah diciptakan untuk bersama. Namun ketika takdir mengatakan tidak pada kita, kita kecewa. Dan saling meninggalkan rindu pada hati masing-masing
Aku telah membunuhmu berkali-kali. Tapi kau tetap tumbuh di hatiku. Membuatku merindu dengan rasa yang tak tertahan. Kita mungkin sekarang adalah orang asing, tapi hati kita tak pernah asing. Kau yang meminta atau aku yang meminta semuanya tetap sama. Kau dan aku pernah jatuh cinta. Pernah saling rindu hingga dada tak bisa menahan detaknya. Aku mungkin salah karena merindukanmu. Namun aku lelah membohongi diriku, bahwa aku selalu mengatakan aku mencintai pasangan suciku ini. Jika tuhan mengizinkanku jujur, aku benar-benar ingin mengatakan dengan keras kebenaran hatiku ini. Bahwa sebenarnya aku masih teramat mencintaimu. Dalam sekali. Kau yang selalu datang tiap detikku. Menghanyutkan dalam rindu yang membunuhku tiap malam. Aku rindu. Amat rindu. Kuharap, kertas ini bisa mengantarkan rinduku yang tak tertahan.
Note : suratku penuh luka lagi. Kertas berikutnya akan kucoba membuat puisi indah. Semoga kau akan menyukainya.
18 Mei 2019
Secarik kertas itu membuatku terhanyut dalam luka yang kian membesar. Aku tidak tahu siapa yang menuliskan surat ini. Tapi hatiku selalu berharap, bahwa semua tulisan dari surat ini adalah milikmu. Karena hanya kau yang mengerti benar, perasaanku. Rinduku. Dan semua empedu yang mengahantamku. Kita mungkin tidak punya alasan untuk bersama selain perasaan ini. Pula takdir tak pernah mengizinkan. Dan kini, hanya rindu yang kian menatap kita. Menunggu, kapan kita akan bertemu?
22 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...