Barangkali menurutmu, aku adalah luka yang telah kau tinggalkan bersama rindu-rindu tak sempat tersampaikan.
Aku iri denganmu. Kau yang yang memulai hidup baru dengan orang baru membuatku iri. Tahukah kamu, bahwa aku sekarang merasa terlalu kehilangan atas pernikahanmu. Mungkin aku sebenarnya tidak harus menuliskanmu lagi. Tapi apa yang bisa aku perbuat untuk menghentikan tiap rasa yang datang merajut lembut perasaan di dada. Seandainya kau dan aku tidak pernah bertemu, mungkin tidak akan pernah aku merasakan sakit sedalam ini.
Musim semi ini banyak sekali pemandang indah yang aku lihat. Salah satunya undangan pernikahanmu. Aku baru menyadari satu hal dalam hidupku, bahwa hatiku tidak pernah seutuhnya mau melupakanmu. Aku terlalu serakah untuk melepaskanmu.
Seandainya kata 'andai' dapat membuat sesuatu menjadi kenyataan, apakah yang ingin kau andaikan. Kalau aku. Aku akan berandai-andai banyak hal denganmu. Seperti, Andai saja kita berpacan. Andai saja kita tidak saling memendam. Andai saja kita tidak saling melukai. Andai saja orang tuamu menjadikan aku menantumu. Andai saja kau dan aku tidak saling melupakan. Dan andai saja aku berdiri di pelaminan bersamamu. Sungguh, ada banyak andai yang ingin aku katakan.
Namun untuk kesekian kalinya aku harus bangun dari mimpi ini. Kita bukan lagi hal yang harus diperjuangkan. Kau adalah miliknya yang berharga, sedangkan aku, hanyalah luka yang kau tinggalkan bersama rindu-rindu tak sempat tersampaikan.
8 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...