Mungkin ini salah hatiku sendiri, terlalu yakin bahwa kau adalah alasan mengapa jantungku berdetak selama ini.
Sekali lagi kita bertemu pada waktu yang tak pernah kita rencanakan. Kau menunduk. Keningmu di balut oleh perban kecil. Aku jelas tidak tahu apa yang terjadi denganmu. Namun luka di anggota tubuhmu memaksa kepalaku untuk mengatakan kau sedang tidak baik-baik saja. Kau mungkin bisa menyembunyikan lukamu kepada orang lain dengan tersenyum. Tapi tidak denganku. Aku cukup tahu, cukup mengerti, makna sebenarnya dari senyuman di bibirmu. Entah itu kau sedang menutup luka, atau memang sedang bahagia.
Kau dan saling berpegangan tangan, namun hati kecilku bertanya. 'Apa iya hatimu dan hatinya saling menggenggam?' aku tahu itu bukan urusanku. Tapi jika suatu hari memang tak baik-baik saja, aku akan datang meski sebagai orang asing. Dan seandainya pun kau mencari bantuan, aku akan siap meski nantinya aku terluka berkali-kali.
Berhentilah bertanya mengapa aku rela dilukai berkali-kali olehmu. Sebab aku selalu merasa, bahwa jantungku berdetak untukmu. Esok lusa, jika kau memiliki anak, ceritakan pada mereka. Bahwa dulu ada seorang pria yang rela jatuh berkali-kali. Rela berjuang berkali-kali. Pula rela terluka berkali-kali hanya demi menyenangkan satu hati. Pria itu tidak banyak meminta, cukup melihat orang yang dicintai bahagia, maka semuanya usai sudah.
10 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terluka
PoetryKita memang tak pernah ditakdirkan untuk saling mencintai. Tak pernah diperuntukkan untuk saling bersama. Tak pernah. Setelah semua yang terjadi aku benar-benar menyadari bahwa kau tak akan pernah aku miliki. Semua keping hati telah menjadi serpihan...