SATU

3.2K 173 8
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoyt the story :)

___________________________________________

Pagi yang sangat dingin.

Aleta mendekap tubuhnya sendiri dengan erat ketika hembusan angin pagi begitu kuat menerpanya. Seakan takut jika hawa dingin dapat membekukan tubuhnya saat itu juga.

Jalanan di perumahan mewah itu tampak sepi, hanya sedikit kendaraan yang melintas sepagi ini. Bahkan matahari pun belum menunjukan sinarnya sama sekali. Beberapa orang yang tengah berolahraga melintas tanpa memandangnya. Entah sibuk sendiri atau karena kegalapan di jalan itu.

Aleta menghentakan kakinya kesal oleh rasa dingin yang mencengkramnya, dan juga kesal karena pamannya tidak dapat mengantarkannya ke sekolah pagi ini. Sehingga dia harus pergi sepagi ini dengan berjalan kaki karena kendaraan umum di daerah ini akan beroperasi pada pukul tujuh, masih dua jam lagi jika dia harus menunggu sedangkan dia harus masuk pada pukul 06.45 pagi.

Jika ada yang berpikir Aleta tinggal di perumahan ini, maka jawabannya adalah salah. Aleta tinggal dibelakang perumahaan, di sebuah perkampungan padat penduduk. Perumahaan ini sering dijadikannya jalan pintas menuju sekolah dengan melalui gang kecil penghubung perumahan dengan kawasan tempat tinggalnya. Setidaknya dia dapat memangkas waktu sekitar 15 menit dengan melalui jalan ini.

Seharusnya Aleta lulus tahun ini, sama seperti kebanyakan pelajar seusianya jika saja dia memasuki sekolah seperti pada umumnya. Hanya saja Aleta lebih memilih sekolah kejuruan 4 tahun, yang membuatnya harus menambah satu tahun lagi masa sekolahnya. Disaat banyak siswa yang kini tengah menyiapkan kelulusan mereka, berbeda dengannya yang kini sibuk mencari tempat untuk 'Praktik Kerja Lapangan' semester depan.

Aleta menghela napasnya, dan rasa segar memenuhi hidung hingga kerongkongannya. Alunan suara khas Brandon Urie terus mengiringi langkahnya. Dia selalu menyukai disaat suara Brandon begitu memenuhi telinganya dan dia mampu meresapi arti lagu tersebut. Rasanya dunia seketika hening dan menjadi panggung atraksinya.

"Astagfirullah!" Tiba-tiba tubuh Aleta tersungkur ke depan saat seseorang menabraknya dari belakang dengan sangat keras, hingga membuat orang itu pun ikut terjatuh di dekatnya.

"Kau baik-baik saja?" Suara dalam seorang pria terdengar bercampur di telinga Aleta dengan suara musiknya. "Aku minta maaf, aku tidak melihatmu tadi."

Aleta tak menjawab, yang dia lakukan adalah menerima uluran tangan pria tersebut yang menariknya untuk kembali berdiri. Badannya terlalu besaruntuk tidak terlihat dijalan yang mulai terang ini. Dia meringis merasakan perih di telapak tangan dan juga lututnya. Meski memakai rok panjang yang cukup tebal, itu tidak menjamin keadaan lututnya baik-baik saja setelah tersungkur sekeras tadi.

"Saya ba.."

"Shit!" belum sempat Aleta berbicara, pria itu terdengar mengumpat dan tanpa aba-aba apapun pria itu menarik Aleta untuk berlari bersamanya. Aleta membelo terkejut karena ditarik begitu saja oleh pria di depannya, apalagi kakinya harus mengimbangi langkah besar pria itu dengan luka memar di sekitar lututnya. Bisa dibayangkan bagaimana rasa perihnya?

"Hei! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!" Aleta memaksakan kedua kakinya untuk terus melangkah sangat cepat, hingga tak sempat memperhatikan wajah pria yang tengah membawanya lari itu. Dipikirannya hanyalah bagaimana cara dia mengimbangi langkah pria itu, serta menarik benang merah soal apa yang tengah terjadi saat ini.

Yaampun, sejak dulu dia sangat payah dengan bidang olahraga ini dan selalu berusaha menghindar setiap kali ada tes lari. Tapi sekarang, tiba-tiba ada orang asing yang mengajaknya berlari tanpa ijin. Makan paginya kali ini pun akan berubah menjadi energinya untuk berlari. Dan satu lagi, dia berlari dengan menggunakan seragam sekolah dan rok spam. Betapa sulitnya itu.

INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang