DUA PULUH ENAM

1.2K 108 2
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

____________________________________

"Aku akan menjemput kalian lagi nanti sore." Kenzo menghentikan mobilnya di depan sebuah toko kelontong kecil yang berjarak sekitar 100 meter dari pintu masuk Direction Television. "Naura tidak ingin terlalu mencolok jika diantar seperti ini, jadinya aku harus menurunkan kalian disini."

Aleta mengangguk mengerti. Naura memang seperti itu. Tidak pernah mau menunjukan jika dia merupakan putri dari seseorang yang berpengaruh di dunia bisnis. Sikapnya terlalu sederhana untuk seorang pewaris nama besar sepertinya.

"Terima Kasih atas tumpangannya." katanya, tersenyum tulus.

Naura meraih ranselnya, menatap dua orang di kursi depan. "Aku akan menghubungi kalian pukul berapa aku pulang nanti."

Kevin dan Kenzo mengangguk bersamaan. "Semangat." seru Kevin dengan ceria.

Naura terkikik, "Dah, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Aku merasa cukup tegang untuk hari ini." Kata Naura sambil melangkah bersama Aleta menyusuri trotoar yang dirimbuni pepohonan di samping kanan kirinya.

"Aku juga." Aleta menghela nafas, mendongak menatap cahaya matahari yang menembus dahan-dahan pohon. Hanya butuh 2 menit berjalan hingga mereka sampai di depan pintu masuk.

Aleta menghentikan langkahnya, menatap bangunan 10 lantai yang di puncak gedungnya bertuliskan DTV. sekali lagi dia menghela nafasnya, merenung sesaat ketika ingatan tentang ibunya kembali muncul. Dulu, ibunya selalu mengatakan jika suatu saat dia mendapatkan tempat untuk magang, ibunya berjanji akan mengantarnya hingga pintu masuk. Ibunya juga berjanji akan membuatkan makanan kesukaannya untuk dijadikan bekal. Namun tak pernah dia menyangka jika semuanya menjadi seperti ini. Hubungannya dengan ibunya hancur begitu saja karena dia berusaha membelanya. Dan kini rasanya semakin sakit saja mengingat semua kenangan itu.

Naura menghentikan langkahnya saat menyadari Aleta tak lagi berjalan di sampingnya. Gadis itu berbalik dan menatap Aleta yang terdiam menatap puncak bangunan. "Aleta ayo!" teriaknya.

Aleta mengalihkan pandangannya, tersenyum kecil sebelum kembali melangkah mendekati Naura. "Ayo!" sahutnya ceria.

"Kau melihat apa tadi?" tanya Naura, membiarkan tangannya digandeng oleh Aleta.

"Hanya melihat tulisannya saja." Aleta tersenyum sambil melangkahkan kakinya memasuki lobby. Selagi Naura bertanya pada resepsionis, Aleta memilih menunggu di sebuah sofa memperhatikan sekitar.

Lobby tersebut diisi oleh banyak meja dan kursi di tiap sudutnya dengan berbagai bentuk, mulai dari single sofa, sofa panjang, hingga kursi gili. Bertujuan untuk membuat nyaman setiap tamu dan karyawan yang berada di ruangan tersebut. Ruangan yang didominasi oleh warna hitam putih tersebut begitu luas dan bersih. Sebuah meja resepsionis besar terdapat di dekat tangga yang didesain penuh oleh kaca, di samping tangga dibuat undakan untuk tempat duduk para karyawan yang ingin mengobrol atau hanya sekedar bersantai.

"Ta, ayo!" Naura melambai dari kejauhan, membuat Aleta segera menegakkan tubuhnya berjalan mendekat. Seorang wanita cantik nan ramah mengantar mereka ke lantai dua dengan menaiki tangga yang dilihatnya tadi. Mereka dibawa masuk ke sebuah ruangan bertema mesir kuno namun modern. Wanita tersebut meminta Naura dan dirinya menunggu disana selagi wanita itu memanggil orang yang bersangkutan.

Beberapa patung bernuansa mesir kuno yang terbuat dari kaleng dipajang di beberapa sudut ruangan. Kursi-kursi santai ditempatkan di banyak tempat, dan meja-meja kerja dibalik ruangan kaca yang berjejer rapi saling berhadapan.

INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang