Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
_________________________________
RAGATA semakin merasa gelisah setelah menatap kembali ponselnya. Tak ada pesan atau panggilan masuk di dalam ponselnya itu. Sudah lebih dari satu minggu seperti itu. Dia kembali menatap beberapa orang asing di depannya dan kembali fokus pada pekerjaannya. Namun sebelumnya dia menyempatkan kembali mengecek ponselnya dan mengirim sebuah pesan singkat kepada seseorang yang ditunggunya.
Bobby seakan mengerti kondisi hatinya, sehingga pria itu dengan ringkas dan profesional menjelaskan maksud kunjungan mereka hari ini ke anak perusahaan Dinata Corp di Inggris. Bobby sesekali melirik Ragata yang hanya diam di tempatnya, dan membuka pembicaraan dengan Ragata jika ada obrolan penting telah dimulai. Dan akhirnya pertemuan itu bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari dua jam. Waktu yang singkat dari biasanya, namun terasa lama bagi Ragata.
Setelah semua orang keluar dari ruangan, Ragata berjalan menuju ruangannya dan membiarkan Bobby ke tempat kerjanya untuk menyiapkan laporan lainnya. Ragata menghempaskan tubuhnya diatas sofa bersamaan dengan bunyi dering telponnya. Untuk sekilas Ragata menatap nama yang tertera di layar ponselnya, menatap malas dan enggan sebelum mengangkatnya.
"Papa." sapannya, tanpa keriangan sedikitpun.
"Bagaimana pekerjaanmu?" suara berat Devano terdengar tenang dari biasanya, beriringan dengan suara bising banyak orang yang membuat Ragata mengernyit.
"Papa ada dimana? Kenapa berisik sekali?"
"Di taman belakang."
"Taman belakang? Papa sedang menghancurkan taman itu lagi?" Ragata sedikit menegakkan tubuhnya dan tertawa mengejek. Devano sangat gemar menghancurkan taman belakang di kediaman Dinata hanya untuk dibuat dan dihias ulang. Kegiatan yang sangat aneh.
"Tidak.. Papa hanya merapikannya untuk pernikahanmu nanti."
Ragata menegakkan tubuhnya seketika, membelalak. "Maksudnya?"
Devano terdengar tertawa pelan, "Papa sudah bertanya pada Isabell soal konsep pernikahan kalian, dan dia ingin menikah secara sederhana di taman belakang rumah ini. Melihat kondisi kandungannya yang mulai membesar sekarang, itu bukan ide yang buruk. Papa juga tidak ingin membahayakan calon cucu papa."
"Bayi itu bukan anakku, pa!" Ragata mencengkram ponselnya marah. "Aku tidak pernah menyetujui pernikahan ini. Dan aku tidak akan menikahi Isabell sampai kapanpun."
"Semua keputusan ada di tangan papa, Raga."
"Aku bukan anak kecil yang bisa papa atur semau papa lagi! Aku akan mengatur hidupku sendiri!"
"Selama kau hidup dibawah kekuasaan papa, kau harus mengikuti aturan papa. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, kau harus tetap menikahi Isabell. Kau harus belajar bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan, termasuk kepada bayi itu."
"Bayi itu bukan milikku!" Ragata menekan kata-katanya penuh amarah. Jika saja dia tidak sedang berada di kantor, dia pasti sudah memukul apapun di dekatnya. Ponselnya saat ini hampir remuk diremasnya. "Aku tidak akan menikahi Isabell sampai kapanpun itu. Aku mencintai orang lain, dan hanya ada satu gadis yang akan aku nikahi."
"Aleta maksudmu?"
Ragata tak menjawab.
"Kau pikir dia mau menikah denganmu? Dengan semua masa lalumu, kau pikir dia mau menerimanya?"
Ragata mengeram pelan mendengar ucapan ayahnya. Apalagi sekarang? Setelah memaksanya menikahi Isabell, kini Devano mengungkit semua masa lalunya hanya untuk menakut-nakutinya? Dia mengenal Aleta, dan dia yakin Aleta menerima dirinya apa adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]
Romance--Seri Ketiga 'The Way of Love: Destiny'-- Ragata Adya Dinata seorang pria kaya, tampan, dan rupawan. Pria yang memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi itu tak dapat lagi ditolak pesonanya. Sikapnya yang hangat dan romantis mampu membuat wanita...