DELAPAN PULUH DELAPAN

1K 109 4
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_______________________________

RAGATA menatap halaman belakang mansion yang saat ini tengah disulap menjadi tempat pernikahannya bersama Isabell. Meski dilakukan lebih dari sederhana dari yang telah direncanakan karena kondisi Celo yang belum juga sadar setelah 2 minggu berlalu, tapi ayahnya tetap memberikan kesan mewah untuk pernikahan itu. Pernikahan sepihak yang bahkan Ragata sangat enggan melakukannya.

Taman itu dihias sedemikian rupa sehingga tampak begitu cantik. Pasangan pengantin manapun pastinya akan merasa sangat bahagia dengan dekorasi tersebut, dengan nuansa putih dan biru yang menyejukan hati. Tapi Ragata tak merasa sangat bahagia sedikitpun apalagi lusa esok pernikahan itu akan dilangsungkan. Meski Ragata tak banyak memprotes seperti sebelumnya bahkan lebih tampak menerima pernikahan tersebut, tapi tindakannya sangat jelas menentang pernikahan tersebut.

Ragata tak mencintai Isabell sedikitpun, bahkan rasa simpatik pada wanita itu pun tak dimilikinya. Dia membenci Isabell yang telah berusaha menipunya dengan mengatakan jika bayi yang dikandung wanita itu adalah miliknya. Bahkan wanita itu juga sudah menjebaknya untuk membuatnya bertanggung jawab dengan bayi itu. Entah siapa ayah yang sebenarnya bayi yang dikandung Isabell saat ini.

Selama seminggu terakhir, Devano sudah melonggarkan penjagaannya terhadap Ragata. Sikap Ragata yang hanya diam dan tak banyak memberontak membuat pria itu memberikan sedikit kelonggaran bagi putranya. Ragata sudah bisa pergi bekerja atau bertemu dengan teman-temannya meski harus dengan pengawalan. Itu semua berkat Fredrick yang mengatakan jika Aleta tidak ada Indonesia, dan tidak ada kemungkinan Ragata menemuinya.

"Raga, bagaimana menurutmu dengan gaunku yang ini?" suara Isabell di belakangnya membuat wajah Ragata semakin dingin. Dia berbalik perlahan, menatap Isabell yang menunjukan tubuhnya dengan balutan baju pengantin berwarna putih, berlenggok manja di hadapannya. Wanita itu pastinya berpikir jika dia akan mengatakan kata-kata manis untuk memujinya. "Kau bisa berkaca melalui cermin itu." katanya dingin.

Isabell mengerucutkan bibirnya, kedua tangannya mengusap perutnya yang mulai membuncit. "Raga, kenapa kau berkata seperti itu?" kemudian dia menatap perutnya seolah berbicara dengan bayi di dalam perutnya. "Sayang, kenapa papa-mu dingin sekali pada mama?"

Kebencian di mata Ragata semakin besar, apalagi saat wanita itu menyebutnya sebagai ayah dari bayi yang dikandungnya. Dia kemudian melirik pada perut Isabell dan mencemooh. "Aku bukan ayah bayi itu."

"Raga, kenapa kau mengatakan itu? Dia bayimu. Anakmu." Isabell menatap Ragata dengan sedih. Wanita itu berpura-pura lemah untuk menarik simpati Ragata. Namun sayang, Ragata justru mendengus dan menertawainya penuh penghinaan.

"Bahkan aku enggan untuk menyentuhmu. Bagaimana bisa aku menaruh benihku di dalam tubuhmu?"

"Kau kenapa jahat padaku? Bayi ini milikmu, kau tidak seharusnya mengatakan itu padaku. Aku bahkan bisa melakukan tes DNA untuk membuktikan jika bayi ini milikmu." Isabell menangis menatap Ragata. Kedua tangannya memeluk perutnya penuh perlindungan. Sebisa mungkin dia menunjukan sisi rapuhnya di hadapan Ragata agar pria itu bersimpati. Para pelayan yang berada di ruangan itu pun bahkan menatap Isabell iba karena perlakukan dingin Ragata. Mereka berpikir Ragata seorang pria brengsek yang memanfaatkan kesuciaan wanita selugu Isabell lalu membuangnya saat telah usai digunakan.

"Mari kita buktikan." kata Ragata. Kemudian dia melangkah mendekat, menatap Isabell dengan dingin dan berbisik pelan. "Jika ucapanku benar, maka keluargamu tak akan selamat. SE-LU-RUH-NYA."

Ragata menjauhkan wajahnya, menyeringai menyeramkan pada Isabell sebelum melangkah pergi. Masa bodoh dengan fitting pakaian pengantinnya. Dia hanya ingin menenangkan diri untuk saat ini. Ragata melangkah menuju danau, namun langkah kakinya terhenti di belakang gazebo saat mendengar suara obrolan antara ayahnya dan Fredrick. Suara keduanya sedikit pelan, tidak seperti biasanya, membuat Ragata sedikit penasaran dan menguping pembicaraan tersebut.

INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang