Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
_______________________________________
SEMINGGU sudah Aleta berada di Bali, dan selama beberapa hari terakhir ini dia banyak menghabiskan waktunya bersama Ragata untuk mengunjungi berbagai tempat indah disini. Hampir semua pantai terkenal di Bali didatangi mereka, juga berbagai tempat wisata penuh nuansa budaya pun mereka datangi, termasuk mencicipi berbagai jenis makanan khas Bali. selama beberapa hari ini dia merasa sangat bahagia sekaligus berterima kasih karena Ragata dengan senang hati membawanya ke tempat-tempat tersebut. Ya meskipun hampir di setiap harinya mereka berdebat untuk hal-hal sepele.
Aleta kini mematut dirinya di depan cermin setelah selesai mandi dan berpakaian. Hari ini dia hanya akan menghabiskan waktunya di sekitar hotel sebelum nanti sore dia akan ke bandara dan kembali ke kota asalnya. Dia hanya memakai setelan santai saja hari ini, yaitu kaos lengan pendek dan celana jeans dengan rambut yang dikuncir rapi. Dia tidak terlalu menyukai berdandan terlalu feminim tapi tidak juga membenci, sewaktu-waktu dia akan memakai dress jika dia sedang menginginkannya.
Ketukan di pintu membuat Aleta mengalihkan pandangannya dan segera melangkah membuka pintu tersebut. Ragata berdiri di depan pintu sambil tersenyum seperti biasanya. Beberapa hari bersama pria itu membuatnya semakin tahu jika pria itu sangat cengengesan dan mudah tersenyum. Katanya itu adalah salah satu daya pikat yang membuat banyak wanita mendekatinya. Tapi menurutnya justru dia merasa Ragata adalah orang yang aneh karena tersenyum sendiri.
"Kau sudah siap?" tanya pria itu, ceria seperti biasanya juga.
Aleta mengangguk, "Sudah. Ayo." katanya sambil menutup pintu dan menguncinya. "Aku lapar sekali, Ta. kau tidak memberiku makan semalam."
Ragata tertawa, "Benarkah? Kalau begitu kita makan saja dibawah. Bagaimana?" tanyanya.
"Setuju." jawab Aleta bersemangat.
"Urusan makan saja kau bersemangat seperti itu." cibir Ragata.
"Aku akan selalu bersemangat tentang apapun itu asal gratis." sahut Aleta, membuat Ragata semakin mencibir.
"Dasar manusia." hardik pria itu. "Kau jadi pulang hari ini?"
Aleta mengangguk, "Jadi. Kan kau sudah lihat sendiri tiket pesawatnya."
"Kau benar." Ragata menghela napasnya.
"Kenapa? Kau merasa kehilangan karena aku akan pulang?" Aleta menatap Ragata sambil terkekeh.
"Iya." balas Ragata, membuat Aleta terdiam.
Sebenarnya Aleta bercanda saja tadi, kenapa pria itu menjawabnya seperti itu?
"Aku tidak akan ada teman bermain lagi jika kau pulang." lanjut pria itu. "Memangnya kau tidak bisa mengundur kepulanganmu seminggu lagi ya? Kan masih banyak tempat yang belum kita datangi disini?"
Aleta bergidik menatap Ragata yang mulai bertingkah seperti anak kecil. "Tidak bisa. Aku harus ke sekolah senin besok."
Ragata menghela nafasnya panjang, "Aku lupa kau masih pelajar."
"Maka dari itu, masa sifatmu kekanakan seperti ini mengalahkan aku yang masih seorang pelajar?" Aleta tertawa mengejek, berusaha membuat pria itu berhenti merajuk seperti anak kecil.
"Kau sendiri yang bilang umur tidak menentukan kedewasaan seseorang." sahut Ragata.
Banar juga, batin Aleta. "Ya intinya kau jangan seperti ini, membuatku bingung saja." katanya, lalu melangkah memasuki lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]
Romance--Seri Ketiga 'The Way of Love: Destiny'-- Ragata Adya Dinata seorang pria kaya, tampan, dan rupawan. Pria yang memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi itu tak dapat lagi ditolak pesonanya. Sikapnya yang hangat dan romantis mampu membuat wanita...