DUA PULUH DELAPAN

1.1K 121 3
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_________________________________

"Bagaimana disana, Nau?" tanya Aleta saat melangkah bersama Naura di lobby. Hari ini dia cukup sibuk mengerjakan konsep acara bersama Bella dan Sem, tapi untungnya pekerjaannya bisa selesai sebelum jam pulang.

Naura tersenyum ceria seperti biasa, "Disana orangnya baik-baik meskipun isinya kebanyakan bapak-bapak dan ibu-ibu." sahutnya. "Kau bagaimana? Pasti banyak laki-laki tampan kan disana?"

Aleta mendengus geli, "Tentu saja. Divisi produksi kan kebanyakan masih muda-muda." balasnya, membuat Naura menatap iri. "Tapi meskipun begitu mereka semua baik padaku. Malah aku jadi bisa cepat akrab dengan yang lainnya."

"Syukurlah. Kukira karena kebanyakan orang yang masih muda, kau akan dihakimi seperti anak baru." kata Naura. Aleta hanya tertawa pelan.

"Tidak mungkin." Aleta tersedak seketika saat kerah bajunya ditarik dari belakang oleh seseorang. Tubuhnya berbalik cepat, menatap sosok pria yang kini tengah berdiri di hadapannya sambil tersenyum tanpa merasa bersalah.

"Shi--" dia menahan umpatan di mulutnya saat menyadari tatapan semua orang di lobby ke arahnya.

Ragata tersenyum lebar seraya melepaskan tangannya di kerah baju Aleta. "Kau pulang bersamaku." katanya.

"Tidak mau." sahut Aleta dengan menggeram kesal, tangannya merapikan kerah bajunya dan mengusap lehernya yang tercekik. Dari sekian banyak cara menghentikan seseorang, kenapa harus dengan menarik kerah bajunya terus menerus?

"Tidak ada penolakan." Ragata menggelengkan kepalanya. "Lagipula kita kan satu ru--"

"Oke." potong Aleta cepat. Jangan sampai pria brengsek itu mengatakan yang sebenarnya jika mereka tinggal bersama.

Naura menatap mengernyit, "Kenapa pak Raga ada disini?" tanyanya.

Ragata tersenyum, sebelum menjawab pria itu mengangkat tangannya dan mengajak Naura bertos bersama. Bisik-bisik para karyawan yang berada disana semakin terdengar jelas. Mereka penasaran mengapa anak pemilik tempat tersebut mengenal dua orang anak magang seperti Naura dan Aleta.

"Aku bekerja disini sekarang. Kami satu divisi yang sama." katanya, sambil menarik Aleta mendekat ke arahnya.

Aleta menatap sekitar dan menggeram pelan, "Kau membuat kita menjadi tontonan banyak orang, Ta."

"Memangnya kenapa? Aku memang selalu menjadi pusat perhatian dimanapun aku berada." sahut Ragata. Ingin rasanya Aleta menendang kemaluan pria itu saat ini juga.

"Ada apa?" Aleta melepaskan diri dari rangkulan Ragata dengan cepat. Menatap pria itu dengan senyum paksa.

"Aku mengajakmu pulang bersama." Ragata kemudian menatap Naura. "Kau tidak masalahkan jika Aleta pulang bersamaku, Naura?"

Naura menatap Ragata dengan tersenyum, "Tidak masalah. Asal pak Raga mengantar Aleta dengan selamat saja, dan tidak macam-macam padanya."

Ragata tersenyum. "Tentu saja aku akan melakukan itu. Asal kau tahu Naura, aku tidak akan pernah macam-macam pada singa betina ini." katanya.

"Ya aku tahu." Naura tertawa pelan. "Kalau begitu aku duluan. Kevin dan Kenzo sudah menungguku. Aleta aku duluan ya."

"Iya." sahut Aleta, kemudian menatap Ragata dengan malas. "Puas?"

"Sangat." sahut pria itu. "Ayo." katanya sambil menarik kerah Aleta sekali lagi.

Aleta memekik seketika, lalu tanpa disadarinya tangannya bergerak menyikut pria itu. Semua orang yang ada disana membelalak menatap bagaimana Ragata berteriak kesakitan akibat pukulan Aleta. Seorang pewaris besar seperti Ragata diperlakukan seperti itu di depan umum oleh seorang gadis biasa. Benar-benar hal yang sangat mengejutkan bagi semua orang, termasuk Aleta yang langsung terdiam di tempatnya serba salah.

INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang