EMPAT PULUH EMPAT

1K 129 11
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

__________________________________

Aleta terbangun ketika merasakan getaran di atas sofa. Beberapa kali dia mengerjapkan matanya sambil meraih ponsel di sampingnya. Dia menatap mengernyit nama Bella di layar ponselnya, dan segera mengangkat panggilan tersebut. Selama beberapa menit dia mengobrol dengan Bella yang menyuruhnya untuk segera kembali ke kantor bersama Ragata.

"Iya, kak. Sebentar lagi kami kembali ke kantor." katanya, lalu kembali meletakan ponselnya. Dia kemudian menatap pada Ragata yang masih tertidur pulas di atas pahanya. Wajah pria itu begitu tenang, tidak nampak sedikit pun wajah menyebalkan yang selalu dilihatnya jika pria itu sedang terjaga. Sekarang sudah lebih dari 5 jam Ragata tertidur, jadi sepertinya tidak masalah jika dia membangunkan pria itu.

"Ta, bangun." dia mengguncang tubuh Ragata pelan, berulang kali.

Ragata menggeliat pelan sambil membuka matanya perlahan. Manik hitam tajamnya menatap wajah Aleta dengan masih mengantuk. "Ini belum malam." katanya parau.

"Kita harus kembali ke kantor sekarang." balasnya, tangannya mengangkat kepala Ragata dan membuat pria itu terbangun. "Kata kak Bella, ayahmu sudah menunggu di kantor." sambungnya.

Ragata mengernyit dalam, "Ayahku?"

Aleta mengangguk, "Devano Dinata itu ayahmu kan?" tanyanya, memastikan.

"Iya." Ragata mengangguk polos. "Untuk apa ayahku ke kantor."

"Entahlah." Aleta mengedikkan bahunya. "Mungkin ingin memberikan selamat secara langsung padamu." katanya lagi. Jelas itu hanya tebakannya saja, tanpa tahu jika itu memang benar-benar terjadi.

Mereka sampai di kantor satu jam kemudian, tentunya setelah susah payah Aleta membujuk Ragata agar mau kembali ke kantor. Untungnya Ragata mau menyetujui permintaannya dengan sebuah syarat, jika Aleta akan menyetujui apapun yang dikatakan dan diinginkan Ragata. Hanya satu permintaan sebenarnya, tapi Aleta harus mau menurutinya. Barulah setelah Ragata berganti pakaian dan makan siang, mereka kembali ke kantor.

Suasana kantor begitu ramai, terutama di ruangan divisi produksi. Semua kru dan para petinggi berkumpul disana saat Aleta dan Ragata masuk ke dalam. Mereka menyambut dan memberikan selamat kepada Ragata selaku sutradara program karena mendapatkan rating tertinggi di penayangan perdana program baru tersebut. Mereka juga memberikan selamat kepada Aleta karena idenya sungguh luar biasa. Program baru mereka kini menempatkan urutan nomor trending dalam pencarian, juga mendapatkan perolehan rating tertinggi mengalahkan beberapa program yang tayang bersamaan.

"Selamat, pak Raga. Anda sungguh berbakat." Ragata menyalami setiap orang yang menghampirinya, dengan senyum lebar andalan di wajahnya.

Aleta memilih melangkah ke samping, menuju Bella dan kru perempuan lainnya yang langsung menyelamatinya. Suasana disana begitu hangat dan ramai, seperti sebuah pesta perayaan dan suasana mulai hening saat seorang pria paruh baya masuk ke dalam ruangan tersebut diikuti beberapa orang di belakangnya. Pria tersebut memiliki wajah tampan di usianya yang tak lagi muda, dengan mata hitam tajam yang begitu mirip dengan Ragata.

Ragata melangkah mendekat, matanya menatap lurus wajah ayahnya. Masih dengan senyum yang sama, pria itu meraih tangan ayahnya yang terulur padanya. "Aku memenuhi janjiku." katanya.

Devano tersenyum simpul mendengar ucapan putranya, "Ya, dan sekarang aku akan memenuhi janjiku padamu." balasnya. "Mulai hari ini kau resmi kembali ke D.Entertainment."

"Aku akan kembali, tapi dengan satu syarat." Suasana disana semakin hening, semuanya dengan seksama mendengarkan obrolan ayah dan anak itu.

"Syarat?" Devano mengernyit, matanya menatap tak habis pikir pada putranya. Dia memang sudah berfirasat jika Ragata tidak akan membuat ini lebih muda, karena sikap putranya itu cukup berbeda selama sebulan terakhir ini. "Apa yang kau inginkan untuk kali ini?"

INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang