TUJUH PULUH DUA

808 100 0
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_________________________________

ALETA menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang sesaat setelah memasuki kamarnya. Rumah ini benar-benar sepi, menandakan hanya dirinya yang berada di dalam rumah ini. Sepertinya Ragata tak akan pulang ke rumah lagi seperti malam-malam sebelumnya. Sudah lebih dari sebulan berlalu, dan pria itu masih terus menghindarinya tanpa sebab. Rasa penasaran juga kekesalannya bersatu menjadi satu pada pria itu. Bisa-bisa pria itu menghindarinya seperti ini tanpa penjelasan apapun. Bahkan dia sendiri pun tak tahu apa yang menjadi kesalahan hingga membuat Ragata menghindarinya seperti ini.

Matanya beralih ke samping, menatap ponselnya yang menunjukan layar gelapnya tanpa satupun pesan. Ragata bahkan tak mengangkat panggilannya selama lebih dari sebulan ini, pesan-pesannya tak ada yang dibalas satu pun. Selama di kantor pun dia sangat sulit menemui pria itu yang seakan sengaja menyibukkan dirinya dengan berbagai macam pekerjaan di luar kantor. Dari jadwal yang telah dibuatnya, seharusnya selama dua bulan Ragata akan terus berada di kantor dan mengurus masalah internal, tapi pria itu sengaja memajukan semua jadwal dengan melakukan pekerjaan di luar kantor.

Ragata sialan. Tidak bisakah pria itu berhenti melakukan semua ini padanya?

Aleta tak hanya merasa kesal pada pria itu, namun dia juga mulai merasakan sebuah rasa kehilangan. Biasanya hampir setiap hari dia melihat pria itu, bercengkrama, berdebat, dan melakukan banyak aktivitas bersama. Dan kini selama sebulan tak melihat pria itu juga melakukan banyak hal bersama, membuat hatinya merasakan rindu. Dia merasa kehilangan begitu saja, tanpa bisa di cegahnya. Dia juga mulai merasakan sebuah keinginan untuk melihat senyum jahil dan jenaka khas pria itu. Hingga kadang di satu malam yang panjang, dimana dia sulit memejamkan matanya, dia hanya bisa menangis sendiri.

Tentu saja Aleta tahu dan sangat sadar jika dia merindukan sosok Ragata yang selalu ada disisinya selama ini. Dia juga sadar jika sebuah rasa lain tumbuh dalam hatinya untuk pria itu. Dan karena itulah dia merasakan sakit setiap kali memikirkan Ragata.

Benar-benar gila.

Aleta tak pernah menyangka bisa kembali merasakan perasaan ini, dan terlebih rasa itu tumbuh untuk pria yang paling dihindarinya selama ini. Puluhan kali pun dia mengelak, mencoba menyingkirkan perasaannya, puluhan kali juga perasaan itu semakin menguat dalam hatinya. Ya, Aleta kini sadar jika dia mencintai Ragata, bukan sebagai sahabat, namun sebagai seorang wanita pada prianya.

Prianya? Shit! Dia tak menyangka kata itu bisa muncul di dalam otaknya apalagi untuk seseorang seperti Ragata. Bahkan diluar sana ada ratusan wanita yang mengatakan hal yang sama untuk Ragata. Dan Aleta tidak ingin menjadi salah satunya. Itu pemikiran yang selama ini dirasakannya. Namun sekarang, dia dengan sangat sadar mengakui jika dia jatuh cinta pada pria itu.

Sialan! Hatinya tak bisa diajak bekerja sama.

"Aku harus mencari udara segar." Aleta mengerang pelan sebelum bangkit dari atas ranjang. Dia menegakkan tubuhnya dan menggeliat pelan, lalu meraih ponselnya.

Malam ini suasana di jalan komplek tersebut cukup ramai, sehingga Aleta merasa tak sepi ketika berjalan menyusuri jalanan bersih tersebut menuju jalan besar. Sebenarnya bisa saja dia memesan taksi untuk mengantarnya pergi, hanya saja malam ini dia sedang ingin berjalan sendirian. Menikmati udara malam yang dingin sembari mengamati lalu lalang sekitar. Karena kesibukannya juga dia jadi jarang menikmati waktu-waktu seperti ini lagi.

Aleta berjalan pelan, melewati banyaknya gedung-gedung pertokoan mewah dimana masih dipenuhi oleh pelanggan kelas atas. Di sepanjang trotoar itu, banyak orang yang berlalu lalang, entah itu berolahraga berlari, atau hanya berjalan santai sambil bercengkrama. Tak sedikit pula muda-mudi yang duduk di kursi dekat trotoar hanya untuk sekedar mengobrol atau memadu kasih.

INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang