Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
_________________________________
KEDIAMAN Dinata tampak ramai tak seperti biasanya. Puluhan orang pekerja hilir mudik membersihkan bekas tanah dan rumput yang menutupi jalan berbatu yang menjadi jalan utama. Mereka tak henti membersihkan area sekitarnya supaya esok hari sang pemilik kediaman akan berjalan dengan tenang tanpa ada sedikitpun kotoran yang terinjak di sepatu mereka.
Bersamaan dengan itu, sepasang kaki melangkah menaiki tangga menuju pintu utama mansion. Langkahnya tampak terburu-buru, sedang wajah tampannya tampak dipenuhi kegelisahan. Sesekali tangannya yang berotot menyisir helai rambut yang tak lagi beraturan, seakan setiap saat diacak oleh tangannya. Langkahnya begitu mantap memasuki mansion, menghiraukan pandangan para pekerja dan para pelayan yang tengah bekerja. Tujuannya hanya satu, menemui sang pemilik mansion yang pastinya tengah berada di dalam mansion tersebut.
Seorang kepala pelayan tua, menghampirinya dengan sopan dan ramah seperti biasanya. Seakan menyambut tuan muda lainnya yang selalu datang ke mansion. "Selamat malam, tuan Axcelord. Sudah lama Anda tidak berkunjung kemari." sapanya ramah.
Celo menatap kepala pelayan itu dan mengangguk sopan sebelum membuka mulutnya, "Dimana uncle Vano?" tanyanya langsung. Wajahnya tampak tak sabaran saat melangkah memasuki mansion lebih dalam menuju ruang keluarga.
"Tuan besar ada didalam bersama kakek dan nenek Anda." kepala pelayan itu menunjuk pintu besar yang hendak dimasuki Celo. Celo hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih sebelum memasuki ruangan dengan pintu besar tersebut.
Ruang keluarga itu begitu luas, dengan interior khas kerajaan Inggris. Lukisan-lukisan mahal di letakan di banyak tempat, begitupun dengan guci dan barang-barang antik lainnya. Di tengah ruangan, satu set sofa besar menjadi tempat bersantai Devano, Maharani, dan Handoko. Dan di depan mereka, terdapat sebuah televisi besar dengan perapian modern yang tak kalah mewah.
Devano, Maharani, dan Handoko, menatap kehadiran Celo dengan terkejut. Meski begitu, Maharani dan Handoko begitu bahagia ketika melihat cucu tertua mereka datang. Sangat sulit bagi Maharani dan Handoko untuk menemui cucu tertua mereka itu, secara Celo begitu sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan semenjak menikah mereka tak pernah bertemu lagi dengan Celo.
"Celo." Maharani berjalan mendekati Celo dan memeluk pria itu senang. "Nenek senang bertemu denganmu. Kenapa kau tidak mengabari nenek dan kakek jika akan datang kemari, tahu begitu nenek akan membuat makanan kesukaanmu." katanya cerewet.
Celo tersenyum kecil saat membalas pelukan neneknya untuk beberapa saat. "Lain kali aku akan mengabari nenek jika akan kesini. Tapi sekarang aku kesini untuk bertemu dengan uncle Vano."
Devano menatap Celo penasaran, begitupun dengan Handoko yang menyadari raut berbeda di wajah cucunya. "Kau ingin bertemu pamanmu?" tanya Handoko.
Celo mengangguk.
"Ada apa?" tanya Devano kali ini.
"Uncle tahu dimana Raga sekarang?" tanya Celo cepat. "Aku ke rumahnya tadi, tapi sepertinya rumahnya kosong."
Devano mengenyit, "Raga sedang ada pekerjaan di luar negeri. Memangnya ada apa kau--"
Ucapan Devano terhenti saat suara ribut dari luar terdengar memasuki mansion. Kepala pelayan yang berbicara dengan Celo sebelumnya masuk ke dalam ruangan itu dengan panik, namun tak menghilangkan kesopanannya sedikit pun.
"Maaf tuan besar, tuan muda sudah kembali ke rumah." katanya, membuat Devano mengernyit bingung.
"Raga sudah kembali?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]
Romance--Seri Ketiga 'The Way of Love: Destiny'-- Ragata Adya Dinata seorang pria kaya, tampan, dan rupawan. Pria yang memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi itu tak dapat lagi ditolak pesonanya. Sikapnya yang hangat dan romantis mampu membuat wanita...