TUJUH

1.7K 130 9
                                    

Don't forget for vote and comment.. 

Enjoy the story :)

_______________________________________

Ragata merasakan pergerakan menggelitik di area dadanya. Matanya terbuka perlahan dan menemukan Luna tengah menciumi dadanya dengan bibirnya yang basah dan menggoda. Dia sedikit menegakkan tubuhnya dan bersandar pada kepala ranjang, mengamati pergerakan Luna yang semakin menjadi diatas tubuhnya. Wanita itu sengaja menggodanya dengan menggerakan tubuh montok wanita itu, yang tentunya begitu menggoda imannya pagi-pagi seperti ini.

Sejak kapan wanita itu ada di kamarnya? Seingatnya semalam dia tidur sendirian didalam kamar. Dia memejamkan matanya saat Luna naik keatas tubuhnya yang hanya mengenakkan celana dalam saja dibalik selimut. Tangannya terangkat menyentuh punggung polos Luna, bergerak lembut dan menggoda. Luna semakin bergerak nakal diatas tubuh Ragata, tangannya ikut bergerak di sekitar dada bidang Ragata.

Luna mendekatkan wajahnya, mencium bibir Ragata dengan rakus yang langsung dibalas oleh pria itu tanpa ragu. Pergumulan mereka semakin terasa panas dan menggairahkan. Dengan cepat Ragata membalik posisinya dan menindih Luna dengan intim. Ciumannya tak lepas sedetik pun, tangannya yang liar bergerak semakin tak terkendali diatas tubuh menggiurkan Luna.

Selama hampir dua puluh tahun lebih, dia sudah banyak merasakan kenikmatan dari banyak wanita. Bahkan dia sendiri tak pernah ingat sudah berapa banyak wanita yang dijamahnya. Tapi tenang saja, dia selalu bermain aman dengan wanita manapun. Dia juga selalu rutin mendatangi dokter untuk memeriksa kondisi tubuhnya, dan selama ini semuanya baik-baik saja seperti apa yang di harapkannya.

Desahan dan decapan terdengar keras mengisi kesunyian kamar tersebut. Ragata melepaskan satu-satunya pakaian yang menghalanginya, menempatkan tubuhnya untuk memasuki Luna dengan kenikmatannya. Luna menatap nakal wajah Ragata yang dipenuhi oleh hasrat itu, tangannya semakin merangsang pria tersebut agar segera memasukinya.

"Insyaflah wahai manusia, jika dirimu bernoda. Dunia hanya naungan, tuk makhluk ciptaan Tuhan. Dengan tiada terduga, dunia ini kan binasa. Kita kembali ke asalnya, menghadap Tuhan yang Esa. Dialah pengasih dan penyayang...."

Ragata seketika menghentikkan apa yang tengah dilakukannya. Siapa yang memutar lagu tersebut disini? Dan kenapa disaat seperti ini? Semua hasrat dan gairahnya hilang seketika mendengar lagu tersebut. Tubuhnya bergerak menuruni ranjang dan mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai. Mendengar lagu ini membuatnya teringat kematian seketika.

"Kau mau kemana, babe?" Luna menatap Ragata yang tengah memakai pakaiannya. "Kau tidak bisa meninggalkanku dalam kondisi seperti ini." protesnya tak terima.

"Aku tidak mood." Ragata melangkah keluar dari kamar, meninggalkan Luna yang berteriak frustasi.

Kamar tersebut berada di dekat ruang tengah, dan hanya di ruangan tersebut yang terdapat televisi. Ragata menghela napasnya dan duduk disamping Aleta yang tengah duduk bersantai diatas sofa sambil menonton acara hidayah yang berisi bermacam jenis azab didalamnya. Tak jauh dari gadis itu, Bobby juga tengah ikut menonton dengan segelas susu di tangannya.

"Kau tidak punya tontonan lain memangnya?" tanyanya kesal. Bagaimana tidak, gara-gara acara ini kegiatan panasnya gagal karena musik yang menjadi backsound utamanya begitu menampar dirinya. Bayangkan betapa canggung dirinya saat melakukan hal yang 'iya-iya' itu dengan diiringi lagu tersebut.

"Tidak ada." balas Aleta, menatap lurus televisi di hadapannya. Sebenarnya dia tidak pernah menyukai tayangan seperti ini, dan selama ini pun dia sangat jarang menonton tayangan televisi. Tapi dia begitu bosan pagi ini, dan hanya acara ini yang lebih baik daripada acara gosip yang menyebalkan itu. "Jika kau ingin makan, aku sudah memasak sarapan di dapur."

INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang