EMPAT PULUH ENAM

1.1K 113 4
                                    

Don't forget for vote and comment.. 

Enjoy the story :)

________________________________

Mereka sampai ke kediaman Dinata lebih awal, sehingga belum banyak orang yang hadir. Ragata dan Aleta melangkah bersama memasuki mansion besar tersebut, dengan tangan Aleta yang memegang erat lengan Ragata. Ragata menatap gadis di sampingnya dan terkekeh geli. Baru kali ini dia melihat Aleta begitu gugup, bahkan lebih gugup dari hari pertamanya bekerja di DTV. Sejak di dalam mobil Aleta terus menerus mengeluh ingin pulang, namun Ragata tak mengindahkan apa kata gadis itu. Dia tidak ingin citra Aleta tercoreng karena tidak menghadiri undangan ayahnya pada malam ini, apalagi ayahnya mengundang Aleta secara langsung melalui Fredrick. Percayalah, hanya orang-orang tertentu yang bisa mendapatkan undangan langsung dari Fredrick. Bahkan semua tamu penting yang hadir mendapatkan undangan melalui tangan ketiga.

"Santai saja, Ta." Ragata menepuk punggung tangan Aleta pelan. Dia tertawa semakin keras saat merasakan tangan Aleta yang sedingin es. "Yaampun, kemana perginya Aleta yang barbar?" tanyanya jahil.

Aleta mendengus, tangannya mencubit tangan Ragata. "Kau harusnya membantuku untuk tidak gugup." cibirnya kesal.

Ragata sedikit meringis, "Meskipun gugup kau masih bisa menyiksaku ternyata." cibirnya. Kemudian matanya beralih pada tuan rumah yang tengah berkumpul bersama. Ragata melangkah mendekat, tersenyum lebar saat mata adiknya menatapnya.

"Abang!" pekik Renata girang. Kakinya melangkah cepat menuju Ragata, langkahnya terhenti saat menatap sosok gadis di samping kakaknya. Matanya melebar seketika dan tiba-tiba saja menangis, membuat Ragata mengernyit seketika.

"Kau kenapa?" Ragata menatap panik sambil menghampiri adiknya. Namun adiknya itu malah melangkah ke arah lain dan memeluk Aleta seketika. Dia memiringkan kepalanya saat menatap bagaimana Renata memeluk Aleta dengan erat sambil menangis. Dia kemudian menatap Aleta yang terkejut dengan apa yang dilakukan Renata sebelum balas memeluk gadis itu.

"Kak Aleta. Kakak kemana saja?" Renata menangis keras di pelukan Aleta, membuat perhatian semua orang mengarah pada mereka. "Aku mencari kakak kemana-mana. Tapi kakak menghilang begitu saja dan tidak bisa dihubungi."

Aleta menepuk punggung Renata pelan, dia masih tak percaya bisa bertemu dengan Renata disini. Renata adalah murid bimbingannya di komunitas musik, hubungan mereka begitu dekat hingga Renata dan Aleta terlihat seperti saudara. Saat dia pergi dari rumah, dia memang tidak memberitahukannya pada Renata dan yang lainnya. Dia sengaja menghilang dan mengganti nomor ponselnya agar tidak ada yang mencari tahu tentang keberadaannya.

Saras menghampiri putrinya dengan khawatir, matanya sekilas menatap ke arah Aleta penuh pertanyaan. "Ren, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanyanya.

Renata melepaskan pelukannya dan menatap ibunya. "Ma, ini kak Aleta yang pernah aku ceritakan." balasnya.

Aleta tersenyum sopan dan menyalami Saras. "Saya Aleta, bu."

Saras tersenyum menatap Aleta, "Jadi ini yang namanya Aleta. Saya Saras, ibunya Rena. Selama ini Rena sudah bercerita banyak soal Aleta." katanya, membuat Aleta tersenyum gugup.

"Kau mengenal adikku?" Ragata melangkah mendekat.

"Rena satu komunitas denganku." balas Aleta.

Renata menatap Aleta terkejut, "Kak Aleta kenal bang Raga?" tanyanya. "Atu ternyata kak Aleta itu kekasih bang Raga?" senyum sumringah muncul di wajah cantik Renata, namun seketika senyum itu hingga saat Ragata dan Aleta menggelengkan kepala mereka bersamaan.

"Kami hanya berteman." balas Aleta. Renata cemberut saat mengingat tujuan acara ini adalah untuk mengumumkan pertunangan kakaknya dengan wanita itu. Jadi tidak mungkin Aleta bisa menjadi kekasih kakaknya.

INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang