Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
_____________________________________
"Sudah semua?" Ragata membalikan tubuhnya, menatap tiga orang yang duduk di kursi belakang. Ketiganya mengangguk bersamaan. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke samping, menatap seorang pria. "Semua peralatan sudah dimasukan semua?"
Pria tersebut mengangguk, "Sudah, pak."
"Oke. Kalau begitu kita berangkat sekarang." kata Ragata lagi lalu melajukan mobil.
Matahari belum sepenuhnya muncul saat mereka menuju lokasi yang rencananya akan digunakan untuk program kali ini. Total ada 10 orang yang hari ini berangkat dan di bagian ke dalam dua mobil, 5 orang bersama Ragata dan 5 orang lainnya merupakan kru artistik. Aleta, Tya, dan Sem duduk di kursi belakang, sedangkan kursi depan Ragata bersama Brian. Mereka semua kecuali Aleta dan Ragata merupakan videografer yang sengaja Ragata bawa untuk mendokumentasikan lokasi.
Membutuhkan waktu sekitar tiga jam dari kantor DTV untuk mencapai lokasi yang terletak di pedalaman desa bagian selatan. Perjalanannya pun harus melalui perkebunan teh juga hutan pinus yang berkelok-kelok. Untungnya selama perjalanan Aleta membawa bekal makanan ringan untuk dimakan bersama sambil membicarakan konsep acara mereka. Sehingga perjalan panjang tersebut tidak terlalu terasa melelahkan. Dan berkat cuaca yang mendukung juga, akhirnya mereka bisa sampai di lokasi lebih cepat daripada perkiraan.
Aleta bersama yang lain keluar dari mobil di sebuah desa kecil. Seorang kepala desa dan beberapa orang yang sepertinya staf desa menyambut mereka sesampainya di balai warga. Ragata sebagai penanggung jawab dalam hunting lokasi kali ini menjadi juru bicara untuk maksud kedatangan mereka ke tempat tersebut. Aleta bersama kru artistik lain sudah menghubungi kepala desa tersebut sebelumnya untuk menyampaikan niatan mereka menyewa bagian tanah dewa yang kosong untuk dijadikan lokasi syuting. Setelah mengurus beberapa ijin, akhirnya mereka dipersilahkan untuk menuju lokasi.
"Jaraknya berapa jauh ke lokasi, Leta?" tanya Tya. Karena Aleta yang ikut serta mencari tempat bersama kru artistik, dia jadi lebih tahu tentang lokasi tersebut meskipun belum melihatnya secara langsung.
Aleta berpikir sesaat. "Sekitar 1 kilometer dari sini."
"Berarti nanti kita harus berjalan seperti ini untuk mengangkut alat-alat." sahut Sem yang ikut mendengarkan.
"Iya." Aleta mengangguk. "Tapi kurasa kita bisa menggunakan sepeda motor nanti karena jalan disini hanya muat untuk kendaraan itu saja."
Aleta menatap ke depan, memperhatikan Ragata yang berjalan terlebih dahulu bersama seluruh kru artistik, sedangkan dia berjalan dibelakang bersama kru videografer. Suasana asri desa terasa begitu menyegarkan untuk Aleta, tak hanya Aleta sebenarnya karena yang lainnya pun merasakan hal yang sama. Maklum mereka sudah sangat jarang bepergian ke tempat seperti ini karena selama setahun terakhir mereka banyak menghabiskan waktu di studio.
Warga desa yang berpapasan dengan mereka menyapa ramah, begitupun dengan warga yang sedang beraktifitas di depan rumah dan ladang. Tak terlewatkan sedikitpun untuk menyapa. Hal yang sangat jarang ada di kota, bahkan Aleta bilang permisi pun belum tentu ada yang menjawab. Namun disini, semua orang begitu ramah dan menghargai satu sama lainnya. Pantas saja orang-orang disini terlihat bahagia dan sehat hingga usia tua. Pemandangan disini pun sangat indah dengan banyaknya pegunungan dan sawah yang masih kehijauan.
Aleta baru saja ingin mengambil botol minum dari samping tasnya, sebelum sebuah tangan lain meraih botol tersebut dan membukanya. Dia mendengus kesal saat matanya bertatapan dengan Ragata. Sejak kapan pria itu ada di dekatnya? Seingatnya tadi Ragata berjalan di depan bersama kru artistik.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]
Romance--Seri Ketiga 'The Way of Love: Destiny'-- Ragata Adya Dinata seorang pria kaya, tampan, dan rupawan. Pria yang memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi itu tak dapat lagi ditolak pesonanya. Sikapnya yang hangat dan romantis mampu membuat wanita...