Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
________________________________________“Jadi aku dan Isabell tidak melakukan apapun?” tanya Ragata sekali lagi, mencoba memperjelas.
Aleta menganggukkan kepalanya, “Ya. Kalian baru masuk ke dalam apartemen beberapa menit saja, setelah itu Isabell menerima panggilan dan pergi.”
Ragata mengusap wajahnya. Dia tak menyangka jika Isabell menjebaknya seperti ini. “Jadi bayi itu bukan milikku?” tanyanya, lebih pada dirinya sendiri.
“Jika kau tidak pernah melakukan apapun dengan Isabell, tentu saja bayi itu bukan milikmu.”
“Syukurlah.” Ragata menghela nafasnya lega. Dia kemudian meraih tangan Aleta. “Maaf karena aku melakukan semua itu padamu.” katanya tulus. Setelah mendengar cerita Aleta tentang malam itu, dia semakin merasa bersalah pada gadis itu. Dia benar-benar sudah berfikir jahat tentang Aleta dan memperlakukan gadis itu dengan sangat buruk.
“Maaf juga karena menuduhmu--”
“Kau hanya perlu untuk tidak mengulanginya.” Aleta tersenyum lembut menatap pria yang duduk disampingnya kini. “Aku dan Alvin tidak sengaja dalam posisi seperti itu. Tapi percayalah, kami tidak berciuman. Hanya saja posisinya tidak tepat.”
Ragata balas tersenyum. “Aku percaya padamu.”
“Aku juga percaya jika bayi yang dikandung Isabell bukan milikmu.” balas Aleta. Ragata memeluk Aleta dari samping. Dia menciumi puncak kepala Aleta penuh kasih.
“Jadi apa hubungan kita saat ini?” tanyanya.
Aleta mendongak, memperlihatkan wajah bersemunya yang menggemaskan. “Kau mau apa?”
Ragata merendahkan kepalanya dan berbisik pelan di telinga Aleta. “Kekasihmu, dan calon suamimu. Bagaimana?” tanyanya, membuat wajah Aleta semakin merona merah. “Apa kau setuju?”
“Jadi hari ini tanggal jadi kita?” tanya Aleta malu-malu. Debaran di dadanya semakin mengencang, menimbulkan sebuah euphoria yang menakjubkan.
Ragata mengangguk, “Yap. Ta, kau terlihat aneh malu-malu seperti ini, tapi entah mengapa aku menyukainya.” katanya sambil mengusap pipi kemerahan Aleta. Dia tersenyum lembut saat mendaratkan sebuah kecupan di atas bibir Aleta.
“Kau terlihat semakin menggemaskan merona seperti ini.” Kata Ragata lagi, menambah gurat merah di kedua pipi Aleta.
Aleta tak tahu mengapa bisa dia semerona ini hanya dengan kata-kata yang mungkin jika diucapkan Ragata beberapa bulan lalu akan terdengar sangat menjijikan, tapi kata-kata itu saat ini mampu memicu debaran jantungnya melebihi saat dia berlari maraton. Aleta menatap mata tajam pria di depannya itu, dengan senyum mengembang di wajahnya yang sekarang sudah tak terlihat pucat. Tentu saja karena sejak tadi pipinya memerah karena merona.
“Kenapa aku baru sadar jika kau sangat cantik, ya?” Ragata mengusap puncak kepala Aleta lembut. “Aku merasa seperti telah menyiakan sebuah permata yang ada di genggamanku sejak lama.” Tambahnya.
Aleta mau tak mau memutar matanya, sudah mengerti jika pria itu berusaha menggodanya. “Ta, meskipun kau kekasihku sekarang, bukan berarti kau bisa memperdayaku dengan kata-katamu itu.” Cibirnya.
Ragata tertawa pelan, “Aku bicara apa adanya, sayang.” Balasnya, dengan penekanan di akhir kalimatnya.
Aleta sedikit tersedak ludahnya sendiri mendengar kata terakhir Ragata. Sedangkan Ragata tertawa keras melihat kekasihnya itu tersedak.
![](https://img.wattpad.com/cover/210287909-288-k862645.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]
Romance--Seri Ketiga 'The Way of Love: Destiny'-- Ragata Adya Dinata seorang pria kaya, tampan, dan rupawan. Pria yang memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi itu tak dapat lagi ditolak pesonanya. Sikapnya yang hangat dan romantis mampu membuat wanita...