ENAM PULUH DELAPAN

1.2K 111 2
                                    

Don't forget for vote and comment.. 

Enjoy the story :)

_________________________________

"Aleta!" Bobby menyapa dengan senang saat Aleta muncul dari balik lift. Senyum senang dan lega pria itu terlihat sangat jelas. Aleta yakin jika penderitaan Bobby selama seminggu ini semakin bertambah karena keabsenan dirinya.

"Kau masuk kerja hari ini?"

Aleta mengangguk singkat, tersenyum geli saat Bobby tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. "Kak Bob terlihat sangat menderita tanpaku." godanya. Namun Bobby malah mengangguk cepat dan membuat Aleta tertawa.

"Aku benar-benar menderita seminggu ini." Bobby duduk kembali di kursinya dan berbisik pelan. "Emosi pak Raga sedang naik turun akhir-akhir ini, aku tak tahu apa penyebabnya."

Aleta tampak mengernyit, "Benarkah? Di rumah dia memang terlihat agak aneh, tapi emosinya terlihat biasa saja."

Bobby menghela nafas, "Setiap hari selama seminggu ini dia membuat tim keuangan hampir mati karena meeting lebih dari 7 jam. Bahkan pak Raga tak segan membuat para kepala divisi lembur untuk menyelesaikan laporan, padahal laporan tersebut harusnya diselesaikan akhir bulan nanti."

"Benarkah?" Aleta memiringkan kepalanya, tak percaya. Ragata sebelumnya tidak pernah seserius itu dalam bekerja, pria itu tipe pimpinan yang memberi kelonggaran bagi bawahannya. Kenapa tiba-tiba menjadi seperti itu? Apa Ragata mulai menyukai jabatannya saat ini?

"Pagi." Aleta dan Bobby menegakkan tubuhnya bersamaan, keduanya menatap Ragata yang baru saja keluar dari ruangannya. Sejak dua hari yang lalu Ragata tidak pulang ke rumah, makanya Aleta berangkat sendiri pagi ini ke kantor.

"Pagi, pak." sapa Aleta dan Bobby.

Ragata melangkah mendekat, menatap Aleta mengernyit. "Kau masuk hari ini? Bukankah kau seharusnya masih libur?"

Aleta menatap Ragata, "Sesuai ucapan bapak, saya hanya libur satu minggu." balasnya formal. Ragata terlihat mendengus.

"Harusnya aku mengatakan lebih lama dari itu. Kau seharusnya istirahat lebih banyak setelah jalan-jalan menyenangkan."

Pria itu bermaksud menyindirnya? "Tidak perlu, pak. Saya sudah baik-baik saja. Lagipula waktu 6 bulan saya disini akan segera selesai." katanya, sopan dan formal.

Ragata mengeraskan rahangnya mendengar kalimat tersebut. Dia lupa jika Aleta diberi waktu 6 bulan untuk membuktikan dirinya disini, dan pastinya gadis itu berniat mengundurkan diri setelah semua ini selesai. Moodnya lagi-lagi terjun dengan bebas hari ini. Ragata akhirnya memilih tak menjawab ucapan Aleta, dia menatap Bobby dengan kesal.

"Kumpulkan semua kepala divisi. Kita lanjutkan rapat yang sempat tertunda." katanya ketus. Ragata melirik Aleta sekilas sebelum masuk kembali ke dalam ruangan.

Aleta dan Bobby melongo di tempat mereka. Bobby menjatuhkan tubuhnya diatas kursi dengan frustasi. Rapat sialan lagi. Dia bisa mati muda jika harus melakukan rapat menegangkan itu lagi.

"Sudah berapa lama dia tidak menyentuh wanita?" gumamnya. Dia menatap Bobby yang terlihat frustasi di tempatnya, tersenyum miris sekaligus kasihan pada pria itu. "Aku akan bantu menghubungi setiap kepala divisi." katanya.

Bobby hanya mengangguk sambil berterimakasih. Dia mendengar gumaman Aleta dan berpikir. Sepertinya sejak kembali dari Korea, atasannya itu sudah tidak pernah tidur dengan wanita manapun. Ah, apa mungkin ini semua berhubungan? Ragata pasti tengah memaksakan diri memimpin perusahaan ini sehingga pria itu tidak sempat bersenang-senang dengan wanita. Dan mungkin juga itu menjadi penyebab emosi Ragata yang tak stabil. Kalau begitu dia harus meminta Aleta memberikan jadwal kosong untuk Ragata bersenang-senang.

INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang