EMPAT

1.9K 117 2
                                    

Don't forget for vote and comment.. 

Enjoy the story :)

________________________________

"Jadi kau putra pemilik Dinata Corp?" tanya Aleta sambil duduk di sebuah bangku taman yang berada di area bandara.

Ragata mengangguk dan menyeruput minuman ditangannya.

"Pantas saja Oji langsung ketakutan melihatmu." Aleta tertawa pelan.

"Salah satu keluarganya pasti bekerja di perusahaanku." Ragata melirik Aleta geli.

Aleta mengangguk, "Ayahnya bekerja di sebuah perusahaan yang berada dalam naungan Dinata Corp. tapi aku lupa dimana."

"Pantas saja."

"Terimakasih atas bantuanmu." ujap Aleta tulus. "Dan maaf juga atas kejadian di dalam pesawat tadi."

Ragata menatap Aleta dan tersenyum, "Sama-sama. Anggap saja kita impas sekarang."

Aleta tersenyum. "Kau ternyata tidak seperti yang aku bayangkan."

"Aku yakin kau makin sadar jika aku terlihat semakin tampan dari pertama kali kita bertemu."

"No." Aleta mendengus. "Kukira kau orang yang kalem dan dingin, tapi kau terlalu percaya diri."

Ragata tertawa. "Aku percaya diri karena aku memang memiliki hal yang aku banggakan." balasnya.

Memang benar. Aleta mengakui jika Ragata sangat tampan dengan kulit putih, hidung mancung, dan wajah sempurnanya. Belum lagi tubuhnya yang tinggi dan berotot menambah nilai lebih pada pria itu. Jadi wajar saja jika pria itu begitu membanggakan dirinya sendiri, karena apa yang dia banggakan ada semua pada dirinya.

"Setelah ini kau akan kemana?"

"Aku tidak tahu." Aleta mengedikkan bahunya. "Mungkin berkeliling Bali seorang diri."

"Kau sudah pernah kesini sebelumnya?"

Aleta menggeleng. "Ini pertama kalinya."

"Kau pertama kali datang kesini dan disambut oleh sebuah pengkhianatan." ujar Ragata. Aleta hanya terkekeh pelan. "Itulah kenapa aku tidak terlalu suka dengan hubungan yang serius seperti itu, apalagi melibatkan perasaan sedalam itu."

"Tapi setidaknya aku tidak bermain-main sepertimu." Balas Aleta. "Aku tidak suka mempermainkan banyak orang." katanya lagi, sarkatik.

Ragata mengangguk pelan sambil tertawa, "Kau hebat membuatku kalah bicara."

Aleta menegakkan tubuhnya dan menghela napas panjang. Dia menatap Ragata. "Terimakasih sekali lagi atas bantuanmu." dia meraih sesuatu dari dalam saku jaketnya, lalu memberikannya pada Ragata. "Sepertinya ini milikmu."

Ragata meraih benda itu seketika dengan mata berbinar bahagia. "Dimana kau menemukannya?" tanyanya. "Kukira aku akan kehilangan gelang ini selamanya."

"Sepertinya tak sengaja tersangkut di tali ikat pinggangku saat kau menabrakku waktu itu." Aleta tersenyum menatap Ragata yang begitu kegirangan.

"Terimakasih karena sudah mengembalikannya." Ragata menatap Aleta dengan tersenyum lebar. Dia kemudian memakaikan gelang tersebut di pergelangan tangannya. Mengangkat tangannya ke udara hingga membuat gelangnya tersebut mengkilap terkena cahaya mathari. "Aih, aku semakin terlihat menawan saat mengenakan gelang ini." pujinya. Pada dirinya sendiri.

Aleta memutar matanya, tak habis pikir. Tapi Aleta mulai terbiasa mendengar pria itu memuji dirinya sendiri sekarang. "Kalau begitu aku pergi dulu, sekali lagi terima kasih. Senang bertemu denganmu." pamitnya.

INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang