ENAM PULUH DUA

1.2K 137 11
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

__________________________________

"A-aleta? Kenapa kau bisa disini?" Teresa membeku di tempatnya, matanya menatap terkejut pada sosok putrinya yang tak disangkanya bisa berada di tempat sejauh ini. Kakinya melangkah mendekat tanpa sadar, selangkah demi selangkah menghampiri putrinya yang menangis keras.

"Bunda--" Aleta tanpa berkata apapun lagi melangkah menuju ibunya dan memeluk wanita yang begitu dirindukannya selama ini. Air matanya mengalir deras ketika merasakan kehangatan yang selalu dirasakannya selama belasan tahun, candunya.

Ragata hanya bisa diam menatap adegan di depannya sembari mencerna apa yang tengah terjadi. Jadi wanita yang menyapa kakek Gi itu adalah ibu kandung Aleta? Tapi kenapa wanita itu bisa berada disini tanpa diketahui Aleta sendiri? Sungguh sebuah kejutan yang besar.

Kakek Gi pun merasakan keterkejutan yang sama. Dia tak tahu jika putrinya mengenal gadis yang baru saja menolongnya. Dan dari apa yang didengarnya, Aleta menyebut Teresa dengan panggilan bunda. Apa mungkin Aleta adalah anak Teresa, cucunya? Tapi bagaimana bisa Teresa tak memberitahukan keberadaan putrinya sendiri pada dirinya dan keluarganya yang lain? Kenapa Teresa menyembunyikan kehadiran Aleta dari semua orang?

"Bunda. Maaf, maaf bunda." Aleta terisak keras di pelukan ibunya, membuat Teresa ikut menitikkan air matanya. Bohong jika dia tak merindukan Aleta. Selama beberapa bulan ini dia harus sekuat mungkin menahan diri untuk tidak mencari putrinya, dan sebisa mungkin bersikap tak peduli di hadapan suaminya. Dan kini, melihat putrinya di hadapannya membuat perasaannya meluap-luap. Lega, bingung, dan juga bahagia. Seluruh kerinduan dan rasa khawatirnya sirna begitu saja hanya dengan memeluk putrinya.

"Bunda yang harusnya minta maaf padamu, sayang. Bunda membuatmu harus merasakan semua ini." Teresa melepaskan pelukannya. Tangannya membingkai wajah Aleta yang dipenuhi air mata. "Kenapa kau bisa berada disini? Dengan siapa kau ada disini?" tanyanya bertubi-tubi.

"Teresa, sebenarnya ada apa ini? Kau mengenal Aleta?" tanya kakek Gi, menyela.

Teresa memeluk Aleta dari samping sebelum menatap wajah penuh tanda tanya ayahnya. "Ayah, Aleta adalah putriku." balasnya. "Dan Aleta, beliau adalah kakekmu. Ayah kandung bunda."

Kakek Gi dan Aleta membelalak bersamaan. "Apa maksudmu, Teresa?"

"Aleta putri kandungku, cucu ayah." jelas Teresa.

"Jadi kakek Gi itu kakek kandungku? Tapi bagaimana bisa?" Aleta menatap ibunya penuh keterkejutan.

Teresa menatap putri dan ayahnya bergantian. "Kita harus pulang ke rumah dulu sekarang untuk menjelaskan semuanya." kata Teresa, lalu pandangannya beralih pada Ragata yang berdiri diam di tempatnya. "Kau datang bersamanya, Leta?"

Aleta mengangguk, "Dia temanku. Aku datang kesini bersamanya."

Ragata tersenyum sopan, tangannya terulur menjabat tangan Teresa. "Nama saya Ragata, bun." katanya, memperkenalkan diri. Aleta tersedak kecil oleh ludahnya sendiri mendengar panggilan Ragata pada ibunya. Pria itu memang benar-benar luar biasa, seenaknya saja memanggil ibunya seperti ibunya sendiri. Tapi entahlah, dia tak merasa marah atau kesal karena hal itu.

"Teresa." Teresa tersenyum lembut menatap Ragata di depannya. Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada kakek Gi. "Ayah, bagaimana kalau kita pulang sekarang untuk membicarakan ini?" tanyanya.

Kakek Gi mengangguk tanpa memberikan ekspresi apapun. Setidaknya itulah yang ditangkap Aleta saat mereka memutuskan pergi ke suatu tempat yang menjadi kediaman pribadi kakek neneknya. Rumah itu terbilang cukup besar dan letaknya tak jauh dari pelabuhan tempatnya tadi. Itu artinya rumah tersebut tak jauh juga dari villa yang disewa Ragata. Rumah tersebut bernuansa khas rumah adat Korea, dengan taman luas yang menjorok langsung ke arah pantai. Tak jauh beda dari villa yang ditempatinya.

INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang