Don't forget for vote and comment...
Enjoy the story :)
_____________________________________
"Sudah kubilang aku bosan mendengarnya, kenapa kau tetap melakukannya?" Aleta berdecak menatap Ragata yang sedari tadi menggerutu sambil menyetir mobil. Pria itu tetap menepati janjinya untuk mengajaknya jalan-jalan meskipun tak berbicara sedikit pun kepadanya sejak kejadian tadi.
"Kau tahu? Emosiku sedang tidak baik, tapi kau malah membuatnya semakin tidak baik." kata Aleta lagi.
"Memangnya kenapa jika aku memuji diriku sendiri?" Ragata menatap Aleta kesal. Matanya kembali menatap lurus kedepan.
"Memangnya selama ini kau tidak sadar jika apa yang kau bicarakan itu sangat norak?" balas Aleta. "Kau bahkan mengalahkan artis-artis sok kegantengan itu."
Ragata mendengus, "Tapi kan aku memang tampan."
"Astagfirullah." Aleta memutar matanya kesal. "Kau memang tampan, tapi kau tidak perlu terus membicarakan itu." katanya, lalu menghela napas panjang.
"Kenapa kau tidak menyukainya?" Ragata menatap kembali Aleta untuk beberapa saat.
Aleta menatap Ragata dan mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu. Aku tahu dan sadar jika kau tampan, tapi mendengarnya terus menerus membuatku ingin membunuhmu." katanya jujur.
"Baiklah."
Aleta menatap Ragata mengernyit.
"Aku tidak akan mengatakannya lagi di depanmu." kata Ragata.
"Kau yakin? Kenapa kau tiba-tiba setuju?"
"Karena aku tidak mau juniorku terluka lagi olehmu." Ragata mendengus kesal, sedangkan matanya menatap tajam Aleta untuk sesaat.
Aleta tersenyum kecil, "Iya, maaf. Itu yang terakhir."
Ragata mencibir, "Kau harus tanggung jawab jika dia tidak dapat kugunakan lagi seperti sebelumnya."
"Kau pasti bisa menggunakannya lagi, apalagi saat kau bertemu gadis seksi nanti." Aleta mengejek. "Lagipula aku tidak mengenainya dengan tepat tadi."
"Tetap saja rasanya sakit, bodoh." Ragata mengeram saat rasa sakit itu terbayang di benaknya. Kemudian dia menghentikan mobil tersebut. "Turun, kita sudah sampai."
Aleta menatap kesekeliling mobil, "Kita ada dimana?" tanyanya.
Ragata melepaskan sabuk pengamannya. "Turun saja, nanti juga kau tahu." katanya, lalu keluar dari dalam mobil.
Aleta dengan cepat melepaskan sabuk pengamannya dan turun dari dalam mobil. Matanya melebar takjub saat menatap patung tinggi dan besar di depannya. Meskipun jaraknya cukup jauh, tapi karena ukuran patung itu yang besar, membuatnya bisa melihat patung tersebut dari tempatnya sekarang.
"Itu patung Garuda Wisnu Kencana, kan?" tanyanya, menatap Ragata dengan mata melebar.
Ragata tersenyum dan mengangguk, "Selamat datang di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park." balasnya, menirukan suara pemandu wisata. "Aku tidak tahu apa yang kau suka, jadi hanya tempat ini yang terpikir olehku."
Aleta tersenyum, "Aku sangat ingin ke tempat ini." katanya.
"Benarkah? Berarti aku tidak salah membawamu kemari." Ragata kemudian menarik tangan Aleta. "Kalau begitu kita masuk sekarang."
Aleta hanya mengangguk dan mengikuti langkah Ragata saat pria itu menariknya masuk. Setelah membeli tiket masuk, keduanya mulai menjelajahi tempat tersebut. Aleta tentu saja sudah siap dengan kameranya, membidik berbagai objek dengan kamera kesayangan itu. Puluhan foto dan video diambilnya untuk dijadikan postingan didalam media sosialnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY LOVE - #3 [COMPLETED]
Romance--Seri Ketiga 'The Way of Love: Destiny'-- Ragata Adya Dinata seorang pria kaya, tampan, dan rupawan. Pria yang memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi itu tak dapat lagi ditolak pesonanya. Sikapnya yang hangat dan romantis mampu membuat wanita...